Di tengah Sulit Masih Ada Dermawan

  • Whatsapp
banner 728x90
@Pict Iksan Madjido/KP

Reporter: Yohanes Clemens


SEKTOR Pendidikan menerima pukulan hebat dari gempa dan
tsunami, khususnya di Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Mutong. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pun telah membangun kelas darurat.

Salah satunya adalah SDN 21 Palu yang setelah
tujuh bulan pascabencana kelas darurat yang dibangun itupun sudah tidak layak
dikatakan kelas karena terbuat dari dinding bambu.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu dengan
sigap telah mengganti dinding dan atap terpal sekolah tersebut dengan papan dan
atap rumbia. Karena ditengarai debu bambu yang lapuk telah membahayakan
kesehatan peserta didik dan tenaga pengajar.

Ditengah situasi sulit manajemen PT Tri Media
Kaili Post mengetuk hati dermawan dengan menggagas donasi pendidikan.

Pada Selasa (23/4/2019) hasil donasi telah
diserahkan langsung kepada pengelola sekolah.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SDN 21 Palu Sunarti
mengungkapkan donasi yang diberikan akan digunakan membenahi sarana prasarana
di kelas darurat  di sekolah yang
dipimpinnya.

“Meski sekolah yang rusak sudah direncanakan akan
dibangun kembali. Tapi kelas darurat ini tetap akan kami benahi demi kenyamanan
siswa mengikuti proses belajar mengajar,” ungkapnya.

Diakuinya sebelum diganti dinding bambu, siswa
tidak betah dan tidak konsentrasi mengikuti KBM.

“Alhamdulillah, dengan bantuan dari Disdikbud Kota
Palu, kelas kami sudah lumayan bagus dan siswa cukup nyaman. Dan situasi ini
akan terus kami tingkatkan lagi ke depannya,” akunya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 206 siswa kelas I
sampai VI SDN 21 terpaksa belajar di sekolah darurat dengan kondisi ruang kelas
beratap terpal dan dinding dari anyaman bambu layaknya kandang ternak.

Saat turun hujan, praktis kegiatan belajar
mengajar di sekolah itu terpaksa dihentikan. Sekolah darurat yang dibangun
sejak 6 bulan lalu itu kondisinya lebih mirip gubuk daripada gedung sekolah.

Dinding bambu yang lapuk saat ini telah
membahayakan kondisi kesehatan siswa. Sejauh ini
sudah ada tiga siswa yang harus dirawat di rumah sakit, diantaranya ada yang
disebabkan dari debu yang ada dibambu. Siswapun menggunakan masker saat
belajar.

Bukan hanya berdampak kondisi
kesehatan, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) juga belum bisa berjalan
dengan maksimal.**

Berita terkait