Tingkatkan Kompetensi Barista Palu, Bekraf Workshop Racik Kopi

  • Whatsapp
banner 728x90
Guna menambah pengetahuan dan pengembangan wawasan
para pelaku usaha di bidang industri hilir kopi (Barista) kota Palu, Badan
Ekonomi Kreatif (BEKRAF) melalui Deputi Riset Edukasi dan Pengembangan, kembali menggelar Workshop Racik Kopi.
 
Bertempat
di salah satu Hotel kota Palu, Rabu (28/8/2019) kegiatan Workshop dihadiri 50
peserta tersebut digelar selama dua hari. Workshop ini digelar untuk
memberikan pengetahuan agar para pelaku industry Kopi mampu memahami dan
menerapkan standarisasi penyelenggaraan, pelayanan, dan metode praktik pengolahan
kopi, serta  standarisasi kemampuan
mengolah kopi dengan baik,
 
Pada
kegiatan tersebut, Mewakili Sekdaprov Provinsi Sulawesi Tengah, staf ahli Gubernur
bidang SDM pengembangan kawasan dan wilayah Sulteng, Ikhwan dalam sambutan
tertulisnya, memberikan apresiasiasi atas pelaksanaan pelatihan tersebut.
 
Menurutnya, bisnis warung kopi di kota Palu saat ini,
memiliki prospek yang sangat baik. Dimana di tempat tersebut, semua isu yang
terjadi dapat diketahui.
 
“Kebutuhan
kopi bagi masyarakat kota Palu sangat tinggi. Hal itu dibuktikan banyaknya
warga yang mangkal di warung kopi. Semua persoalan yang terjadi, dibahas di
tempat tersebut. Hal itu bukan hanya terjadi di kota Palu, namun juga di
kota-kota besar di Indonesia, ” ungkapnya.
 
Olehnya,
dibutuhkan seniman peracik kopi professional, untuk menghasilkan kopi yang baik.
Sehingga meningkatkan animo masyarakat untuk datang menikmati kopi racikannya.
 
Ketua
pembina masyarakat kopi Indonesia, selaku narasumber, Edy Panggabean dalam
kesempatannya mengungkapkan bahwa program
kegiatan pelatihan racik kopi oleh
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebelumnya telah diselenggarakan di
beberapa daerah. 
Diantaranya
Provinsi Nangroe Aceh Darrusalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jambi,
Provinsi Lampung, DKI Jakarta, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Sulawesi
Utara.
Kasubdit
Edukasi subsektor Ekonomi Kreatif Bekraf, Toar Manggaribi menjelaskan bahwa
Bekraf sendiri memfasilitasi program racik kopi yang merupakan gagasan dari
Presiden Joko Widodo.
 
“Kami
melakukan pemantauan, sudah sejauh mana perkembangan industri kopi yang ada di
Indonesia. Salah satunya adalah program kegiatan racik kopi, ” katanya.
 
Kegiatan
tersebut ungkap Tiar Manggaribi, bertujuan untuk memberikan pelatihan berbasis
kompetensi kepada para barista (peracik
kopi) otodidak.  Diharapkan dapal
memberikan wawasan, dan memotivasi generasi muda kota Palu, agar tertarik untuk
membuka usaha  yang pada akhimya dapat membuka
lapangan kerja baru.
 
Sementara,
Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif dalam releasenya membeberkan bahwa Indonesia
merupakan penghasil kopi urutan ke-4 setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dengan
luas lahan perkebunan kopi 1,24 juta heklar yang 96%-nya merupakan lahan
perkebunan kopi rakyat dan sisanya milik perkebunan swasta dan Pemerintah (PTP
Nusantara). Dari lahan tersebut, 933 hektar ditanami robusta dan 307 heklar
arabika.
 
Konsumsi
kopi di dunia meningkat cukup tajam, 1,7 perkapita setiap tahunnya. Begitu pula
dengan Indonesia. Hal itu sudah menjadi salah satu gaya hidup atau trend
dimasyarakat.
 
Semakin
tinggi konsumsi kopi, akan meningkatkan kebutuhan profesi Barista selaku
peraciknya. Olehnya diperlukan peningkatan jumlah dan kualitas SDM.
 
Bekraf
memfasilitasi pelatihan sebagai kompetensi wajib yang harus dimiliki barista.
Diantaranya mengelola bahan baku, mengoperasikan peralatan dan perlengkapan,
pengelolaan area kerja; pelayanan terhadap pelanggan, memutakhirkan pengetahuan
tentang kopi dan lain sebagainya.
 
Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf) merupakan lembaga pemerintah nonkementerian yang
bertanggung jawab di bidang ekonomi kreatif. Saat ini, Kepala Bekraf dijabat
oleh Triawan Munaf.
 
Bekraf
mempunyai tugas membantu Presiden  dalam
merumuskan, menetapkan, mengkoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi
kreatif di bidang aplikasi,  game
developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain
produk, fashion, fllm animasi,  video, fotografi,
kriya, kuliner, music, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa,
televisi,  dan radio. ***

Reporter: Firmansyah Lawawi

Berita terkait