Darurat Polusi, Tiap Tahun 7 Juta Orang Tewas Karena Polusi Udara

  • Whatsapp

sumber/editor: Humpro/andono
wibisono

BERDASARKAN Data WHO setiap tahun sebanyak 7 juta orang meninggal karena polusi
udara di dunia. Tercatat 9 dari 10 orang terpapar pencemaran udara yang berasal
dari kendaraan bermotor, industri pertanian dan pembakaran sampah. Hal tersebut
disampaikan Gubernur Longki Djanggola dalam sambutan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia, Siti Nurbaya dalam upacara gabungan yang
dirangkaikan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup tingkat provinsi Sulteng tahun
2019 bertempat di Kantor Gubernur Sulawesi Tengah Rabu, 17 Juli 2019.

Untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor sebut gubernur
dapat dilakukan dengan upaya hijaukan kota seperti memperbanyak taman kota,
tempat pejalan kaki yang teduh dan nyaman, fasilitas umum yang bersih dan
akhirnya mendorong proses perubahan perilaku untuk tidak membuang sampah secara
sembarangan.

Selain upaya-upaya yang sudah ada itu tu pemerintah juga melakukan
pengendalian polusi udara antara lain dengan penerapan penggunaan bahan bakar
bersih secara standar yang berpotensi menurunkan tingkat emisi CO sebesar 55%
atau 280.721,8 ton per tahun, pengurangan emisi sulfur dioksida dan sekaligus
memberikan keuntungan ekonomi sebesar Rp1.970 triliun dari pengurangan biaya
kesehatan pengurangan biaya produksi kendaraan bermotor dengan standar antara
kendaraan untuk pemakaian dalam negeri dan untuk ekspor serta pengurangan biaya
subsidi bahan bakar selama 25 tahun penerapannya.


Kebijakan penggunaan bahan bakar biodiesel 20% atau dikenal B 20 sebut
Gubernur dalam sambutan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan selain memberi
kontribusi dalam mengurangi emisi CO2 hingga 6 sampai 8 juta ton per tahun
dibanding dengan penggunaan solar murni juga dapat memperbaiki kualitas proses
pembakaran kendaraan bermotor.

Selain itu, kita juga memahami polusi udara akibat kebakaran hutan dan
lahan yang menyebabkan kerugian sangat besar pada tahun 2015 telah berhasil
diatasi dengan segala kebijakan dan implementasi berbagai upaya termasuk
langkah patroli terpadu pada tingkat tapak oleh Manggala Agni, sosialisasi
kepada masyarakat di sekitar lokasi rawan kebakaran dan juga melakukan
koordinasi dengan dinas terkait di daerah, anggota TNI, anggota polri dan tokoh
masyarakat formal dan informal seperti masyarakat peduli api.


Begitu pun pemecahan masalah kebakaran hutan dan lahan yang menyentuh
pada akar permasalahan dilakukan dengan penataan pengelolaan ekosistem gambut
lewat penetapan ekosistem gambut seluas 24,14 juta hektar yang terdapat di
dalam nya sejumlah 865 unit kesatuan hidrologis gambut juga telah berhasil
dijadikan landasan untuk perbaikan pengelolaan ekosistem gambut.

Pemulihan kerusakan ekosistem gambut di areal usaha telah dilakukan
seluas 3,111 juta hektar sedang di lahan masyarakat dilakukan melalui program
kemandirian masyarakat yang hasilnya mencapai 8.382 hektar pada tahun 2018.

Di lapangan hasil-hasil tersebut dapat diukur dengan penurunan hotspot
sebesar 82% dari hotspot tahun 2015 sejumlah 21.929 titik. turun menjadi 3.915
titik tahun 2018 berdasarkan hasil satelit NOAA. Dengan demikian pemulihan
ekosistem gambut di areal usaha selain mampu mengurangi jumlah kebakaran hutan
dan lahan juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 190.602.794,29
karbondioksida.

Upaya pengendalian polusi udara sebut Gubernur perlu diimbangi dengan
gerakan menanam pohon untuk menambah kapasitas reduksi polusi udara untuk itu
kementerian lingkungan hidup dan kehutanan menargetkan penanaman pohon seluas
207.000 hektar pada tahun 2019 ini dan terfokus pada 15 das prioritas, 15 danau
prioritas, 65 dam bendungan dan daerah rawan bencana.

Gerakan tersebut akan memberi dampak yang lebih besar jika seluruh
pihak berpartisipasi dengan target menanam dan memelihara 25 pohon seumur
hidup. target 25 pohon itu dapat dilakukan dengan menanam dan memelihara 5
pohon saat jenjang sekolah dasar, 5 pohon sekolah menengah pertama, 5 pohon
sekolah menengah umum, 5 pohon perguruan tinggi dan 5 pohon saat menikah.

“Oleh sebab itu kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mendukung
program penanaman 25 tahun seumur hidup dalam rangka menjaga kualitas udara,
air, tanah serta ekosistem di bumi ini,” jelas Gubernur dalam sambutan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.**

Berita terkait