Jurnalis vs AI di Era Revolusi Digital

  • Whatsapp

Deepfake digunakan dengan sadar menggunakan AI tapi gambar dan audionya palsu. Atau peristiwa dalam kontennya tidak benar. Namun karena peran teknologi digital menjadi mirip atau sama.

Maka, sekarang wajah informasi publik dipenuhi dengan konten dan berita palsu. Informasi dimanipulasi. Dibuat seolah – olah padahal tidak benar. Di sinilah tantangan media dan utamanya, jurnalis.

Bagaimana posisi media dan jurnalisnya? Menjaga marwah media bagi penulis adalah kunci bertahan. Menyampaikan peristiwa dengan benar. Jurnalis harus berjuang melawan deepfake hasil AI. Dengan segala kepentingan yang melatari karya jurnalistiknya.

Tujuannya, informasi yang disampaikan dapat diterima publik karena menjaga kebenaran ontentika peristiwa. Jurnalis turut ikut berperan serta menjernihkan informasi yang perlu disampaikan ke khalayak pembaca. Memang pergulatannya sangat berat dan komplek.

Karena hasil sampah deepfake akan lebih visualistik, lebih menarik kemasannya bahkan lebih unggul kecepatannya dengan dukungan sosial media yang berbayar. Terlebih pola akses informasi pembaca juga sudah terdampak revolusi digital. Algoritma turut merubah pola pembaca informasi. Yang viral yang dominan dipercaya. ***

Berita terkait