MASIH BINGUNG Dalam membuka usaha? “Mengapa tidak mencoba, mencoba tidak mengapa !”. Kira-kira begitulah untaian kalimat yang bisa menggambarkan prospek usaha ternak ayam potong.“Selain kerjanya tidak rumit, waktu panen pun tak begitu lama.Peluang pasar pun masih terbuka lebar, jangankan mau cari pembeli jauh-jauh, untuk melayani permintaan saja kadang kewalahan”, urai Taslim Sabarotja, salah seorang peternak ayam potong di Kelurahan Mapane, Kecamatan Poso pesisir.
Berbekal sebidang tanah yang bisa dijangkau kendaraan dengan mudah, dan modal awal Rp.85 Juta untuk bangun kandang ayam, ayah enam orang anak itu, kini telah merasakan untungnya beternak ayam potong.“Jujur saja, kalau mau disuruh pilih dengan usaha peternakan lainnya, saya pilih ternak ayam potong”, tambah Taslim bersemangat. Bukan apa-apa, tambah Taslim, selain tingkat resikonya terbilang ringan, merawatnya juga tidak rumit-rumit amat, cukup makanannya teratur dan terjaga, sanitasinya bagus, Insya Allah ayamnya pasti sehat, dan siap dipanen, hanya dalam waktu 40 hari. Apalagi, pemasarannya juga tidak merepotkan, karena pedagang yang datang sendiri menjemput.
Begitulah Taslim Sabarotja terus mengobsesi masyarakat lainnya, untuk berani melakukan terobosan bisnis, menyikapi situasi ekonomi yang tidak menentu.Ia mengakui, awal menekuni bisnis ayam potong karena diajak oleh salah seorang pengusaha. “Jadi bentuk kerjasamanya sederhana, yang memasukkan bibit beliau, termasuk pakan, vitamin, dan obat-obatan lainnya.Setelah panen, kita bagi hasil”, urai Taslim kepada Kaili Post.
Berkat ketekunan dan kemampuannya untuk menjalin kerjasama dengan mitra dan pelanggan, Taslim kini telah mempekerjakan 3 orang karyawan, dengan jumlah ayam peliharaan sekitar 3.000 ekor.Dari bisnis ini, Taslim mengaku bisa mendapatkan omset penjualan bersih berkisar Rp. 45 Juta setiap kali panen. Dengan total omset tersebut, petani coklat yang “banting stir” menjadi peternak ayam ini, mengaku mendapatkan bagi hasil sekitar Rp.10 Juta, dengan mempekerjakan tiga orang karyawan. **
Reporter/editor: Darwis waru