KH Ali Umar : Pilkada Bukan Pilih Agama Vera – Taufik Figur Yang Baik

  • Whatsapp
KH ALI Umar (69), yang dikenal masyarakat Kabupaten Donggala selama 15 tahun terakhir ini adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kemarin, kepada tim liputan Pilkada 2018 Kaili Post dirinya sempat memberikan beberapa harapan dan nasehat. Berikut ini disarikan. Reportase  : tim liputan pilkada

Dengan raut wajah ceria, tokoh agama Islam di Donggala
ini mengaku sangat gembira dapat kesempatan untuk memberikan sesuatu yang
berguna nantinya untuk masyarakat lewat media. ‘’Saya sebagai pribadi
mengucapkan terima kasih. Dengan media, nasehat dan harapan kita pasti akan
didengar semua umat dengan cepat. Tujuannya agar kita sebagai umat, bangsa dan
negara selalu senantiasa menjaga Pilkada dengan damai dan aman,’’ ujarnya
mengawali.
Reportase  : tim liputan pilkada

Walau diusia yang akan genap 70 tahun depan, KH Ali Umar
begitu sangat antusias menyampaikan pikiran – pikirannya. Menurutnya, Pilkada
adalah proses politik berdemokrasi untuk kepentingan bangsa dan negara. Pilkada
memilih pemimpin. Bukan memilih atau memeluk agama. ‘’Saya kadang sedih,
mengapa nanti selalu agama dijadikan alat menjelek-jelekkan orang lain untuk
kepentingan pribadi dan golongannya saja,’’ terang kiai cukup sepuh ini.
Reportase  : tim liputan pilkada

Contohnya; dalam sebuah kesempatan buka puasa bersama di
acara salah satu Paslon menyebutkan bahwa, tidak boleh pilih agama selain
Islam. ‘’Pernyataan-pernyataan begitu tidak boleh. Ini Indonesia, umat muslim
mayoritas harus pandai-pandai beragama dengan baik. Pilkada itu memilih
pemimpin, bukan memilih atau memeluk agama,’’ ujar KH Ali Umar.

Ia pun berharap, agar Paslon tidak menjelek-jelekkan
Paslon lainnya. Sudah sepakat bersama jajaran kepolisian Resort Donggala untuk
Pilkada damai dan menerima surban satu-satu. ‘’Kok sekarang masih ada
menjelek-jelekkan orang lain. Katanya setuju damai waktu dihadapan Pak
Kapolres? Indonesia ini ada lima agama. Semua dilindungi oleh Pancasila. Tidak
baik jadi pemimpin kok jual jual agama untuk memimpin. Pemimpin itu tidak
korupsi itu baik,’’ tandasnya.

Ia pun bercerita, 2010 dirinya berkunjung ke Ambon. Di
sana kala itu pemimpinnya dari Nasrani – Muslim. ‘’Sekarang, Ambon pemimpinnya
muslim dan wakilnya muslim. Padahal mayoritas penduduknya nasrani. Saya kesana
dijamu dengan gubernur pak Al Habsyie. Ini bukti bahwa agama bukan penghalang orang
akan jadi pemimpin. Masyarakat sudah pandai dan cerdik. Memimpin yang baik
saja, pasti rakyat akan mendukung,’’ ajaknya serius.
VERA
– TAUFIK ORANG BAIK

Reportase  : tim liputan pilkada













Pada kesempatan itu, dirinya juga menceritakan ketika
berada di tengah – tengah 300-an pendukung Paslon Vera Laruni – M Taufik Burhan
di acara Buka Puasa, ia pun menegaskan agar warga muslim memilih pemimpin
dengan latar belakang akhlak yang baik, tidak korupsi, kurang mudaratnya dan
dekat di hati rakyatnya. ‘’Semua manusia tidak ada yang sempurna. Pasti ada
cela dan dosa. Dari semua Paslon yang terbaik hanya Ibu Vera Laruni dan Pak
Taufik,’’ ujarnya menirukan ucapannya sendiri kala itu.

Reportase  : tim liputan pilkada

Sebagai tokoh agama di Donggala ia berkewajiban mengajak
warga kabupaten tertua di Sulteng itu untuk bangkit dan membangun
ketertinggalan dengan kabupaten/kota lainnya. Donggala kaya sumber daya alam,
kenapa warga miskinnya terbesar kedua di Sulteng? ‘’Pasti ada yang salah urus.
Harus diurus dengan benar. Manfaatkan Pilkada untuk mencari pemimpin yang bisa
mengurus itu. itu saja,’’ ajaknya menjelang pencoblosan 27 Juni 2018 mendatang.
Reportase  : tim liputan pilkada

Menurutnya, Vera Laruni figur terbaik. Pernah menjadi
wakil bupati, dan selalu dekat dengan warganya. Orangnya sederhana. ‘’Pak
Taufik yang saya kenal orang baik di Pantai Barat. Selama jadi pegawai banyak
bawahannya menilai orang baik. Saya kan dengar semua itu dari masyarakat,’’
terangnya.**  

Berita terkait