Tombolotutu Layak Dinobatkan Pahlawan Nasional

  • Whatsapp
Raja Tombolotutu

Sumber:
Humas parmout
WACANA Menjadikan Tombolotutu sebagai Pahwalan Nasional telah disuarakan
sejak Tahun 1990-an. Namun upaya untuk mencapai hal itu terkendala dokumen
resmi sebagai data primer. Puncaknya ketika Dr Lukman Nadjamuddin MHum menjadi
pembicara sejarah dalam Seminar Internasional di Universitas Kebangsaan
Malaysia Tahun 2014.

Ketika itu peserta seminar mendorong Dr Lukman Nadjamuddin untuk
meneliti perjuangan Tombolotutu. Sebab diperoleh informasi, Pemerintah Belanda
banyak menyimpan dokumen resmi yang bercerita tentang Tombolotutu. Sehingga
pada Tahun 2017, Universitas Tadulako berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Parigi Moutong menggagas sebuah penelitian yang dituangkan dalam sebuah buku
Bara Perlawanan di Teluk Tomini, Perjuangan Tombolotutu melawan Belanda.

Sejak saat itu, diskusi untuk menjadikan Tombolotutu sebagai Pahlawan
Nasional terus mengemuka. Tidak hanya di kalangan akademisi, harapan untuk
menjadikan Tombolotutu sebagai Pahlawan Nasional juga banyak disuarakan oleh
kalangan masyarakat. Salah satunya datang dari tokoh masyarakat Kabupaten
Parigi Moutong, Drs H Taswin Borman MSi.

Mantan Sekda Parigi Moutong di era Bupati Longki Djanggola itu
mengatakan, jika melihat historis sejarah perjuangan Tombolotutu melawan
Belanda, maka Tombolotutu layak dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional
“Berdasarkan historis sejarah perlawanan Tombolotutu melawan Belanda, menurut
saya Tombolotutu layak menjadi Pahlawan Nasional,”kata Taswin Borman ketika
menghadiri bedah buku Bara Perlawanan di Teluk Tomini, Perjuangan Tombolotutu
Melawan Belanda di aula Fakultas Teknik Universitas Tadulako Palu, Senin
(12/11).

Menurutnya, buku Bara Perlawanan di Teluk Tomini itu banyak mengulas
tentang bagaimana kisah heroik yang ditunjukan Tombolotutu saat melawan
Belanda. Salah satunya, ketika Pemerintah Belanda menurunkan Pasukan Marsose
untuk menumpas Perlawanan Tombolotutu. Marsose adalah pasukan khusus atau
pasukan elit Belanda yang pernah diturunkan saat perang Diponegoro dan perang
Aceh. Kala itu pasukan Marsose yang diturunkan untuk menumpas perlawanan
Tombolotutu kurang lebih berjumlah 170 pasukan “Kita sudah bisa
membayangkan bagaimana kekuatan Tombolotutu saat itu, meski dengan pasukan
Marsose, Belanda tidak pernah berhasil menumpas Tombolotutu. Ini data sejarah.
Karena itu menurut saya Tombolotutu layak diusulkan menjadi Pahlawan
Nasional,”kata Taswin Borman

Untuk menjadikan Tombolotutu sebagai Pahwalan Nasional, banyak
persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana yang diamanatkan dalam
undang-undang nomor 20 Tahun 2009 tentang gelar, tanda jasa dan tanda
kehormatan. “Buku yang dibedah ini sudah cukup baik, tinggal melengkapi
autobiografi Tombolotutu dan dokumen perjuangannya,”ujar Taswin.

Ia juga mengakui bahwa sejak Tahun 1990-an di Sulawesi Tengah hanya dua
tokoh pejuang kemerdekaan yang diwacanakan untuk diusulkan menjadi Pahlawan
Nasional, yaitu Haji Hayun di Tolitoli dan Tombolotutu di Parigi Moutong.

Ia mengusulkan perjuangan Tombolotutu yang telah dibukukan ini menjadi
muatan lokal pembelajaran di sekolah, mulai dari SD, SMP hingga SMA sehingga
setiap generasi dapat mengetahui sejarah perjuangan Tombolotutu. Taswin
berharap, setelah semua persyaratan terpenuhi, Tombolotutu dapat segera
diusulkan kepada Pemerintah pusat untuk menjadi Pahlawan Nasional.

“Pemerintah Daerah harus serius untuk segera memproses dan melengkapi
persyaratan yang dibutuhkan. Saya siap membantu tenaga dan pikiran untuk
mengawal menjadikan Tombolotutu sebagai Pahwalan Nasional,”tandasnya

Acara bedah buku itu menghadirkan dua nara sumber yaitu, Prof Dr Reiza
D Dienaputra M.Hum, sejarawan dari Universitas Pajajaran Bandung dan Dr Sarkawi
SS MHum dari Univeritas Airlanggara Surabaya. Ada satu hal menarik yang
disampaikan Dr Sarkawi di acara bedah buku itu. Sebelum bertolak ke Palu, ia
telah membagikan beberapa buku yang akan dibedah itu kepada para mahasiswanya
untuk dibaca. “Apa yang terjadi setelah membaca buku itu, mahasiswa saya banyak
yang nangis dan terharu membayangkan bagaimana heroiknya perlawanan Tombolotutu
kala itu,”kata Dr Sarkawi.

Sementara itu, Dr Jamaludin yang menjadi moderator dalam acara bedah
buku itu mengakhiri peranyataannya dengan satu kutipan heroik “Langkah saya
bisa kalian hentikan, tapi bara perlawanan ini tak akan bisa dihentikan,”ujar
Dr Jamaludin **

Berita terkait