Telan Biaya 3,3 M, Masjid Perpaduan Adat Tambi & Aceh

  • Whatsapp
banner 728x90

Reporter: Firmansyah Lawawi


MASJID Jami’ Nurul Hasanah Aceh di Kelurahan Pengawu,
Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang rusak
akibat gempa 28 September 2018 lalu, pada Rabu (13/02/19) dimulai kembali
pembangunannya dengan ditandai peletakan batu pertama yang dilakukan oleh  Plt Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah
didampingi Bupati Kabupaten Pidi Provinsi Aceh, Bupati Bener Meriah Provinsi
Aceh, Wali Kota Sabang Provinsi Aceh, bersama Sekretaris Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah Drs.Moh Hidayat dan Asisten I Bidang Pemerintahan, Kesra Kota
Palu yang mewakili Walikota Palu.


Dengan menelan anggaran Rp3,3 milyar yang
merupakan sumbangan masyarakat dan pemerintah Nangro Aceh Darusallam (NAD),
Masjid Jami’ Nurul Hasanah Aceh, nama baru masjid ini, dibangun dengan desain
atau rancangan perpaduan arsitektur rumah adat Tambi dan Aceh.
Peletakan Batu Pertama oleh Plt Gubernur Aceh Masjid Jami’ Nurul Hasanah Aceh di Kel Pengawu 
Menurut konsultan pembangunan masjid Dr Ing. Widyo
Wijadnoko strukturnya dibuat menyerupai dua buah proporsi yang menjadi satu
menjadi satu bangunan yang besar, dan struktur bangunan yang dibuat dalam
istilah asingnya hipernolid paraboloid
atau sturktur pipa ini di buat yang pertama kali di Indonesia.

“Kita hanya menggunakan struktur satu lapis dengan
batang–batang yang lurus akan membentuk struktur lengkung dibagian tengah.
Dengan strukur bangunan seperti ini kami berharap bisa menjadi obyek wisata
religius dan menjadi berkah bagi lingkungan sekitar,” kata dosen arsitektur ITB
ini. 
Bangunan masjid seluas 20×20 meter persegi ini
ditaksir menampung jamaah sebanyak 420 orang.

Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah
menargetkan masjid ini selesai sebelum Ramadhan tahun depan (2020) dan dapat
dimanfaatkan masyarakat dalam bulan Ramadhan.
Indoor Lay Out Masjid Jami’ Nurul Hasanah Aceh di Kelurahan Pengawu
“Masjid ini nantinya menggunakan kayu-kayu pilihan
yang ada di Sulawesi Tengah. Memilih kayu karena dinilai akan lebih tahan gempa
dan sudah direkomendasikan pakar atau arsitek,” kata Nova Iriansyah.

Sulteng dan Aceh, tutur Nova Iriansyah, terletak
di kawasan rawan bencana atau yang lebih di kenal dengan istilah ring of fire (cincin api). Meski
demikian tidak perlu trauma dengan kondisi ini, sebaliknya harus menyikapinya
dengan cara bijaksana melalui peningkatan pengetahuan di bidang kebencanaan,
memperluas wawasan kita tentang metigasi bencana.

“Dengan demikian kita tau cara-cara efektif dalam
menyikapi bencana, menanggulanginya sehingga efek kerugian dari bencana
tersebut dapat diminimalisir,” terangnya.

Sekretaris Provinsi Sulawesi Tengah Hidayat
Lamakarate menyampaikan rasa hormat dan terima kasih dari Gubernur Sulawesi
Tengah Longki Djanggola.
Maket Masjid Jami’ Nurul Hasanah Aceh di Kelurahan Pengawu

 “Mudah-mudahan dengan bantuan ini akan semakin
mempercepat kebangkitan masyarakat di wilayah terdampak bencana. Juga semakin
rajin beribadah di masjid,” kata Hidayat Lamakarate.


Peletakan batu pertama turut dihadiri unsur
Forkompimda Pemkot Kota Palu dan beberapa pejabat teras Pemprov Sulteng, antara
lain, Kadis Sosial Prov Sulteng, Karo Humas & Protokol Setda Prov Sulteng,
rombongan dari Propinsi Aceh, tokoh adat, agama, tokoh pemuda setempat dan
dihadiri berbagai lapisan masyarakat yang antusias ingin melihat peletakan batu
pertama tersebut.**

Berita terkait