Korban Likuifaksi Siap Nyoblos

  • Whatsapp
Reportase: Firmansyah Lawawi

PENYINTAS Korban likuifaksi di shelter sport centre
Kelurahan Balaroa mengaku sudah siap menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) yang
berlangsung Rabu, 17 April 2019.

Peristiwa bencana gempa dan likufaksi memberikan
dampak pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Kehilangan tempat tinggal,
kehilangan lahan, lapangan kerja, keluarga dan saudara berdampak terhadap
mental, psikologis dan konsentrasi masyarakat.

Tantangan hidup cukup berat di hadapi oleh masyarakat, khususnya korban bencana
gempa dan likufaksi di pengungsian. Belum lagi, di lokasi pengungsian korban
harus berhadapn dengan sulitnya mendapat air.


Namun hal ini tidak menyurutkan semangat korban
terhadap pesta demokrasi lima tahunan ini.

“17 nyoblos, oh iya dong, so pasti itu,” tegas
koordinator shelter Kelurahan Balaroa, Agus Ananta, Sabtu (13/4/2019).

“Pemilihan umum merupakan langkah awal dalam
menetukan nasib bangsa kedepanya, dari hal itu kita bisa memilih pemimpin yang
dapat merubah arah kebijakan yang berpihak bagi kepentingan dan kesejahteraan
masyatakat,” tambahnya.

Menurut Agus, meskipun dirinya juga merupakan
korban Likuifaksi, namun dirinya tidak akan melakukan golput pada pemilu
tersebut, karena sama saja menyia-nyiakan amanah dan tanggung jawab terhadap
nasib bangsa kedepannya.
Hal senada juga diutarakan oleh Usman (60 tahun)
menurutnya, melakukan golput merupakan cerminan 
ketidak mampuan dalam mengemban tanggung jawab terhadap kelangsungan
kehidupan bangsa.

“Saya yang sudah uzur dan hidup dalam
kekurangan serta keterbatasan semua kebutuhan di dalam tenda ini masih sangat
antusias mencoblos, karena sebagai umat beragama, hal itu merupakan amanah yang
harus dipegang dan disalurkan. Ini sebagai salah satu wujud pertanggung jawaban
di akhirat kelak,” ujarnya.

Setelah menyusuri lorong-lorong tenda berjejer
rapi, Kali Post menjumpai beberapa warga yang sedang bercengkrama satu dan lainnya.

Yusuf (23) berprofesi sebagai pedagang barang
campuran di pasar Manonda mengaku meskipun semua berkas-berkas penting dan KTP
hilang bersama rumahnya di jalan Puring Perumnas Balaroa, tidak menyurutkan
keinginanya dalam menyalurkan hak pilihnya pada pemilu 17 April mendatang.

“Walaupun yang tersisa hanya baju di badan
saat menyelamatkan diri dari Likuefaksi, tapi pemerintah kan memberikan
kompensasi dalam mengurus kembali dokumen yang hilang, seperti KK maupun KTP.
Begitu pula dengan panitia pemilu, walaupun kebanyakan masih sekedar surat
keterangan. Olehnya saya pribadi menggunakan kesempatan itu untuk mengikuti
pemilu menentukan masa depan bangsa yang lebih baik,” tuturnya.

Penyintas lainnya, Ruwaidah (50 tahun) warga jalan
Kenanga yang kehilangan Putera dan seluruh harta bendanya saat Likuefaksi
menuturkan sejak kehilangan semuanya, dirinya kehilangan semangat hidup, hanya
dua gadis  kembarnya, Fitria dan Fatria
(14 tahun) yang tetap memberikanya kekuatan untuk menjalani hidup di dalam
tenda pengungsian.

Sementara suaminya beberapa bulan lalu pergi
meninggalkan dia dan anak-anaknya.

“Untuk mencoblos, saya tetap mengikutinya,
karena tempat mencoblosnya kan ada dekat sini juga,” katanya.

Di tempat yang sama, Ratih (29 tahun) yang kini
harus tinggal di dalam tenda pengungsian setelah Likufaksi di Perumnas Balaroa
menelan rumah dan saudaranya mengatakan akan mengikuti dan menyalurkan hak
pilihnya pada pemilu mendatang.

“Harus itu, dengan mendatangi TPS, setidaknya
dapat mengurangi beban hidup dengan bercengkrama dan berkumpul bersama dengan
pengungsi lainya, ya bisa menghilangkan stres lah,” ungkapnya sambil
tersenyum manis.

Di tempat terpisah namun masih di seputaran
shelter Kelurahan Balaroa, Firman (47) lelaki berperawakan agak gempal yang
kini membuka usaha kecil-kecilan sebagai pedagang nasi di tempat tersebut,
setelah sebelumnya Bencana alam menenggelamkan rumahnya di jalan Seruni
Perumnas Balaroa, dengan senyum ramah mengatakan dirinya beserta istrinya akan
tetap mencoblos pada pemilu 17 April mendatang.

“Rugilah jika tidak mencoblos, hal itu juga
kan menentukan masa depan kita semua, untuk calon Presiden yang akan saya
pilih, rahasia le,” jelasnya sambil tersenyum.

Dilansir antara.news.com, Wali Kota Palu, Hidayat
minta warganya untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) memberikan
aspirasi politik sesuai hati nurani dan tidak sampai golput karena hal itu
merugikan diri sendiri dan juga bangsa Indonesia.

“Saya harap warga Palu tidak golput pada Pemilu Legislatif dan Presiden
yang dijadwalkan berlangsung serentak pada 17 April 2019,” harap Hidayat
di Palu, Minggu (14/4/2019).

Ia mengatakan pemilu tinggal tiga hari lagi dan ini merupakan pesta demokrasi
yang seharusnya dirayakan seluruh rakyat Indonesia, termasuk warga Kota Palu
dengan mendatangi TPS di wilayah masing-masing menyalurkan aspirasi politik
untuk masa depan bangsa lima tahun ke depan.



“Jangan sampai sia-siakan kesempatan ini,
karena nanti lima tahun lagi baru ada pemilu,” kata dia.

Sebagai rakyat dan warga yang baik, tentunya mendukung penuh pesta demokrasi
tersebut dengan memberikan suaranya sesuai pilihan hati nurani.
Suksesnya pemilu merupakan kemenangan bagi semua rakyat Indonesia.

Dia juga meminta ASN di jajaran Pemkot Palu untuk tetap menjunjung tinggi
integritas dan netralitas.

Sementara Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Palu, Agussalim Wahid
mengatakan semua perlengkapan pemilu sudah didistribusikan ke seluruh wilayah
di Kota Palu.

Selama dua hari ini, katanya, konsentrasi pendistribusian surat undangan
memilih (formulir C6) ke setiap Panitia Pemilihan Kelurahan (PPS) yang tersebar
di 46 kelurahan dari delapan kecamatan yang ada di Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Tengah.

Sedangkan surat, suara, bilik dan kota suara serta
perlengkapan pemilu lainnya akan didistribusikan mulai 15-16 April 2019.

Di Kota Palu, jumlah pemilih sebanyak 213.000 jiwa dengan 1.075 TPS yang
tersebar di delapan kecamatan yakni Palu Timur, Palu Utara, Palu Barat, Palu
Selatan, Ulujadi, Tatanga, Mantikulore, dan Taweli.**

Berita terkait