Kearifan Lokal Fondasi Bangun Kerukunan Antaragama

  • Whatsapp
banner 728x90

Reporter: Ikhsan Madjido

MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah,
menyatakan kearifan lokal, budaya dan adat istiadat yang di miliki oleh
masing-masing suku di berbagai daerah di Sulteng, perlu di kelola untuk menjadi
pendekatan dalam membangun dan meningkatkan kulitas kerukunan antarumat
beragama di provinsi tersebut.

“Realitas
keberagaman dalam kehidupan masyarakat merupakan keniscayaan sosial,” kata
Ketua MUI Kota Palu, Prof Dr KH Zainal Abidin MAg, di Palu, Sabtu (29/6/2019).

Prof
Zainal Abidin yang merupakan Guru Besar Pemikiran Islam Modern mengemukakan,
agama adalah sumber nilai universal bagi penganutnya, lintas ruang danwaktu.

Namun,
ketika agama diterjemahkan dalam kehidupan sosial dan bersentuhan dengan agama
lain, maka dibutuhkan sikap moderat dan toleran guna mewujudkan kehidupan
masyarakat yang damai dan harmonis yang juga merupakan tujuan dari setiap
agama.

Kearifan
lokal, sebut dia, meski bersifat terbatas dalam lingkup komunitas lokalnya,
tetapi memiliki kemampuan untuk merekatkan perbedaan-perbedaan yang ada,
termasuk perbedaan keyakinan yang ada dalam batasan komunitasnya. Oleh karena
itu, kearifan local dapat dijadikan sebagai basis dalam membangun kerukunan
umat.

“Keberagaman
ini berimplikasi pada lahirnya perbedaan. Semakin heterogen suatu masyarakat
semakin banyak perbedaan yang muncul. Bahkan dalam komunitas agama yang sama,
masih terdapat perbedaan mazhab, dalam mazhabyang sama masih terdapat perbedaan
pemikiran, dan seterusnya,” kata mantan Rektor IAIN Palu itu.

Ketua
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng ini mengemukakan, kerukunan tidak
diwujudkan dengan menghilangkan perbedaan karena hal itu adalah sebuah
kemustahilan. Sebaliknya, Kerukunan terwujud justru melalui pengakuan dan
penghargaan terhadap wujudnya perbedaan, sehingga tidak melahirkan sikap merasa
benar sendiri. 

Dewan
Pakar Pengurus Besar Alkhairaat ini menyebut selanjutnya, mencari titik temu
yang dapat menyatukan perbedaan tersebut dalam merajuk kehidupan bersama secara
harmonis. Di sinilah kearifan lokal dapat dijadikan sebagai basis dalam
menyatukan perbedaan.

Kearifan
lokal menjadi fondasi membangun kerukunan antarumat beragama di Sulteng, juga
pernah di sampaikan oleh Prof Dr KH Zainal Abidin MAg saat menyampaikan materi
pada dialog kerukunan intern umat kristen yang di selenggarakan oleh Kanwil
Kemenag Sulteng di Palu.

Saat
itu, Prof Zainal Abidin di hadapan puluhan pimpinan jemaat dan gereja di
Sulawesi Tengah turut serta mengajak untuk bersama-sama memaksimalkan peran
agama dalam setiap dakwah, sebagai bentuk upaya mewujudkan generasi yang
moderat, menuju Sulteng damai.**

Berita terkait