Sembuh 86 Persen, Penerima Vaksin Lebih 25 Ribu Orang per Hari (Sulteng Menuju Covid sebagai Endemi)

  • Whatsapp
Foto: Antara

PALU – Perkembangan penanganan pandemi Covid-19 per 4 September 2021 Sulteng, angka kesembuhan harian bertambah mencapai 549 orang sembuh per hari. Adanya penambahan hari ini meningkatkan angka kumulatif kesembuhan hingga menembus angka 37,6 ribu orang sembuh atau tepatnya 37.647 orang (86,4%).

Rilis data Pusdatina Sulteng Sabtu, 4/9/2021 melaporkan penambahan pasien terkonfirmasi positif, hari ini bertambah sebanyak 281 kasus dan kumulatifnya, atau jumlah pasien terkonfirmasi positif yang tercatat sejak kasus pertama hingga hari ini mencapai 43.562 kasus. 

Disamping itu, pasien meninggal juga bertambah lagi sebanyak 13 kasus dan kumulatifnya mencapai 1.419 kasus (3,2%).

Untuk perkembangan program vaksinasi, penerima vaksin dosis pertama terus bertambah dan hari ini sebanyak 40.591 orang dengan totalnya melebihi 4 ratus ribu orang atau 423.666 orang. Sedangkan yang menerima vaksinasi kedua juga meningkat melebihi 250 ribu orang atau angka tepatnya 258.010 orang termasuk tambahan hari ini sebanyak 25.404 orang.

Melihat perkembangan penanganan per kabupaten/kota, terdapat lima daerah menambahkan pasien sembuh harian tertinggi. Kota Palu menambahkan 2.341orang dan kumulatifnya 8.220 orang, diikuti Kabupaten Parigi Moutong menambahkan 78 orang dan kumulatifnya 3.344 orang, Banggai menambahkan 74 orang dan kumulatifnya 6.239 orang, Poso menambahkan 70 orang dan kumulatifnya 5.451 orang serta Buol menambahkan 47 orang dan kumulatifnya 1.456 orang.

Pada penambahan kasus terkonfirmasi positif harian terdapat 6 daerah dengan angka tertinggi. Yakni di Kabupaten Poso menambahkan 70 kasus dan kumulatifnya 6.144 kasus, diikuti Parimo menambahkan 59 kasus dan kumulatifnya 4.177 kasus, Palu dan Morut menambahkan 35 kasus dan kumulatifnya 8.866 dan 2.627 kasus, Banggai menambahkan 24 kasus dan kumulatifnya 6.852 kasus serta Donggala menambahkan 22 kasus dan kumulatifnya 1.168 kasus.

Menuju Covid-19 sebagai Endemi

Pemerintah menyiapkan berbagai langkah untuk mengantisipasi skenario perkembangan pandemi Covid-19 dalam jangka panjang, termasuk potensi wabah ini menjadi endemi. Pemerintah mengajak masyarakat untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan menyegerakan vaksinasi sebagai salah satu langkah awal menuju tatanan kehidupan baru yang berdampingan dengan Covid -19.


Laman covid19.go.id menyebutkan sejak Maret 2020, World Health Organization (WHO) telah menetapkan Covid -19 sebagai pandemi akibat tingkat penyebarannya yang eksponensial secara global. Oleh karena itu, Covid -19 tidak dikategorikan sebagai epidemi karena tidak terbatas pada satu wilayah geografis semata.

WHO telah menyatakan bahwa besar kemungkinan Covid -19 akan diklasifikasikan sebagai endemi di masa mendatang, seperti halnya Malaria atau Demam Berdarah. Covid -19 bisa dikategorikan sebagai endemi apabila terus hadir secara konstan dalam populasi di wilayah geografis tertentu, dengan tingkat dan pola penularan yang sudah lebih terprediksi.

Bukan hanya WHO yang telah menyampaikan pandangan tersebut, sejumlah negara juga menyepakati bahwa Covid -19 berpotensi menjadi endemi. Salah satunya adalah Malaysia yang telah mengajak seluruh warganya untuk bersiap dengan kemungkinan hidup bersama COVID-19 sebagai endemi. 

“Instrumen yang cukup membedakan pandemi dan endemi adalah prediktabilitas. Setelah menjadi endemi, penyebaran wabah lebih dapat diperkirakan, sehingga kita dapat menyusun langkah-langkah antisipasi. Jadi, meskipun kita akan hidup bersama COVID-19 dalam waktu lama, namun situasi akan lebih terkendali,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate.

Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany menyatakan bahwa di mana pun di dunia, pandemi akan dapat berubah menjadi endemi. Kapan waktunya,  WHO yang akan mengeluarkan standar tersebut.

Hasbullah juta menambahkan, “Siapa pun bisa terkena penyakit endemi tersebut. Agar tidak tertular, sederhana. Pakai masker. Selain itu cuci tangan yang bersih, jaga jarak, dan selalu waspada menganggap orang di dekat kita berisiko membawa virus. Jadi disiplin diri adalah kuncinya.”

MenKominfo Johnny menegaskan hal serupa. Untuk mengantisipasi perubahan status Covid -19 menjadi endemi di Indonesia, seluruh masyarakat Indonesia harus berpartisipasi aktif dalam menjaga kedisiplinan menggunakan masker dan menyegerakan vaksinasi. Menkominfo Johnny menambahkan, protokol kesehatan lain seperti menjaga jarak dan rajin mencuci tangan juga tak kalah penting untuk selalu diterapkan.

“Menggunakan masker dan melakukan vaksinasi bukanlah dua hal terpisah. Keduanya harus berjalan beriringan sebagai upaya kita untuk mengalahkan Covid -19. Tidak hanya berfungsi memberi perlindungan dan pencegahan, menggunakan masker dan vaksinasi juga sangat penting untuk menghindari dampak fatal apabila terpapar Covid -19. Dengan kerja sama semua pihak untuk disiplin bermasker dan menyegerakan vaksinasi, pemerintah sangat optimis COVID-19 di Indonesia dapat berubah menjadi endemi,” kata Menteri Johnny

Perbedaan pandemi dan endemi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pandemi diartikan sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas.

Pandemi dapat disebut wabah global karena cakupannya lebih luas. Penyebarannya terjadi ke beberapa negara dan mempengaruhi sebagian orang di seluruh dunia.

Sementara, endemi diartikan sebagai penyakit yang berjangkit di suatu daerah pada suatu golongan masyarakat. Contoh penyakit endemik di Indonesia adalah demam berdarah dengue (DBD). Selain itu, ada juga malaria, hepatitis, atau kusta.

Pakar penyakit menular Pritish Tosh dari Mayo Clinic mengatakan bahwa penyakit endemi hanya terjadi di beberapa wilayah dalam rentang waktu tertentu. Ia menjelaskan bahwa istilah endemi disebutkan ketika terdapat infeksi yang selamanya dalam suatu lokasi geografis.

“Dalam istilah epidemiologi, wabah mengacu pada sejumlah kasus yang melebihi apa yang diharapkan. Pandemi adalah ketika ada wabah yang menyerang sebagian besar dunia. Kami menggunakan istilah endemik ketika ada infeksi dalam lokasi geografis yang ada selamanya,” terang Tosh, dikutip dari liputan6.

Ia menambahkan bahwa ketika membicarakan infeksi endemi, maka yang dibicarakan adalah tentang virus, bakteri, dan patogen dalam suatu lokasi geografis.

Masyarakat Sulteng tentunya sudah siap dengan perubahan Covid-19 menjadi endemi dengan menerapkan prokes sebagai kebiasaan baru.

Jurnalis kailipost.com: Ikhsan Madjido

Berita terkait