SULTENG,- Provinsi Sulawesi Tengah bagai ‘Raksasa Bangun dari Tidurnya’ demikian selalu decak kagum pejabat negara, pengusaha dan kaum profesional melihat perubahan daerah itu. Nikelnya menjadi buruhan dunia. Potensi gasnya telah beroperasi. Kandungan biji emas juga telah beroperasi. Buah duriannya ekspor ke China dan negara asia lain. Pendapatan asli daerah melejit Rp2,3 triliuan. Memosisikan diri provinsi keempat di Indonesia investasi asing terbesar nasional.
Perubahan itu mulai berdampak pada menurunnya angka orang miskin di Negeri Seribu Megalit itu. Seorang Statistisi Ahli Madya BPS Sulteng Jefrie Wahido mengumumkan tingkat kemiskinan Sulteng mengalami penurunan sebanyak 21.430 ribu jiwa. Pernyataan resmu Statistik secara hybrid, Rabu (15/1) lalu.
September 2024, jumlah penduduk miskin di Sulteng sebanyak 358.330 (11,04 %), lebih rendah daripada Maret 2024 yang jumlahnya 379.760 (11,77 %) atau terjadi penurunan sebesar 0,73%.
Penurunan ini merupakan buah keberhasilan program penanggulangan kemiskinan daerah, dengan tiga strategi utama yakni menurunkan beban pengeluaran, meningkatkan pendapatan dan mengurangi kantong-kantong kemiskinan.
Pelaksanaan strategi ini diperkuat dengan gelontoran dana sebesar Rp439,4 guna merealisasikan program-program penanggulangan kemiskinan daerah selama periode Triwulan II dan III Tahun 2024.
Diantaranya program bantuan perlengkapan sekolah bagi siswa miskin, pembiayaan jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin, program bantuan tunai, KUBE, UEP, sembako, bantuan pangan bergizi, pembangunan rumah tidak layak huni, bantuan perlengkapan nelayan miskin pesisir, pemasangan instalasi listrik dan KWH meteran masyarakat miskin, bantuan pangan, ternak, bibit tanaman, gelar pasar murah, sembako murah dan pangan murah.