Gubernur menjelaskan bahwa dana Rp211 miliar untuk Berani Cerdas bukan berasal dari utang atau dana baru, tetapi hasil realokasi dari anggaran rutin yang sebelumnya terserap untuk kebutuhan administratif. “Tidak usah beli ATK yang mewah. Pakai kertas bekas pun bisa menulis. Uang seperti itu kita alihkan untuk beasiswa,” ungkap Anwar berkelekar.
Program ini telah menjaring 74.000 pendaftar beasiswa. Gubernur memastikan bahwa siswa dari kelompok miskin (Desil 1–4) yang lolos verifikasi akan dibiayai, termasuk mereka yang hanya bisa mengakses sekolah swasta karena ketiadaan sekolah negeri di wilayahnya. Verifikasi kepesertaan cukup menggunakan surat keterangan tidak mampu dari kepala desa/lurah, sehingga akses pendidikan tidak terhambat oleh prosedur administratif yang rumit.
Anwar Hafid menegaskan bahwa keberpihakan anggaran merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah terhadap pemerataan akses pendidikan. “Kalau kita bangun jalan, hanya satu dua wilayah yang merasakan. Tapi kalau kita bangun pendidikan, semua rakyat, dari Wolio sampai Dampal Selatan, pasti merasakan,” tutupnya.
Program Berani Cerdas menjadi bukti nyata bahwa pendidikan bukan sekadar janji politik, melainkan prioritas anggaran yang konkret dan berdampak langsung pada masa depan generasi muda Sulawesi Tengah.