Berpuasa Ramadhan Untuk Siapa

  • Whatsapp

INGATLAH Puasa itu memiliki keistimewaan di banding
amalan lainnya. Amalan lainnya akan kembali untuk manusia yaitu dilipat-gandakan
menjadi 10 kebaikan hingga lebih dari itu. Namun tidak untuk amalan puasa.
Amalan tersebut, Allah khususkan untuk diri-Nya. Sehingga pahala puasa pun bisa
tak terhingga pahalanya.
———————-


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,



كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى
بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ
عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ
اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ


“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku.
Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat
dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim
no. 1151)

Pahala Puasa yang Tak Terhingga

Setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan
yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa tidaklah
dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi lipatan pahalanya.
Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga
berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.

Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al Hambali –semoga Allah merahmati beliau-
mengatakan, ”Karena orang yang menjalani puasa berarti menjalani kesabaran”.
Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)

Sabar itu ada tiga macam yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah,
(2) sabar dalam meninggalkan yang haram dan (3) sabar dalam menghadapi takdir
yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam
amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan ketaatan.
Di dalamnya ada pula menjauhi hal-hal yang diharamkan. Begitu juga dalam puasa
seseorang berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri
dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa
meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.

Amalan Puasa Khusus untuk Allah

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah
untuk-Ku”. Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya.
Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah menyandarkan
amalan tersebut untuk-Nya.

Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?

Pertama, karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan
berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam ibadah
ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’ (berhubungan badan dengan istri)
dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam
ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan  ibadah shalat. Dalam
shalat memang kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu
terjadi dalam waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan
telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan
untuk menyantap makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi
seperti itu.

Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat
yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini
semua –seperti meninggalkan  hubungan badan dengan istri dan meninggalkan
makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal
tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka
ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah yang
dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang
tersebut.” Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia
berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada sendirian. Dia telah
mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka
mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena
takut pada siksaan dan selalu mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf
mengatakan, “Beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di
hadapannya karena mengharap janji Rabbnya yang tidak nampak di hadapannya”.
Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun
mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.

Kedua, puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada
orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya
Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk
meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya
mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji
orang lain).” Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya
berbeda dengan amalan lainnya.

Dua Kebahagiaan yang Diraih …

Dalam hadits di atas dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya.”

Kebahagiaan pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa
begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan
ketika berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan
menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat ketika
berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan lagi.

Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa
dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa yang dia lakukan
tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang sangat dia butuhkan.**

Berita terkait