Ibu-ibu di Desa Pombewe Sulap Daun Kelor Menjadi Teh

  • Whatsapp
Para Ibu di des Pombewe membuat Teh dari olahan Dauh Kelor/Foto: Indra
banner 728x90

Sigi,- Kelor adalah tanaman yang erat dengan masyarakat Sulawesi Tengah khususnya Masyarakat Kaili, karena memiliki nilai etnobitani yang tinggi. Selain itu tanaman kelor juga menjadi pomeo saat berkunjung ke Sulawesi Tengah. Kalau sudah makan uta kelo atau sayur kelor maka Kota Palu akan dirindukan.

Namun hingga saat ini, Masyarakat di Sulawesi Tengah masih berasumsi bahwa kelor adalah hanya sebatas tanaman pagar dan dimanfaatkan daun dan juga buah mudanya untuk sayur serta dinilai belum memiliki nilai ekonomi yang lebih. Padahal saat ini Kelor telah menjadi salah satu komoditi ekspor yang bahan bakunya dicari oleh beberapa negara.

Kelompok Ibu-Ibu yang memproduksi Teh di Desa Pombewe awalnya dibentuk atas inisiasi Dosen Untad dalam program Pengabdian Masyarakat. Ketua Pengabdian Ibu Dr. Ir. Bau Toknok, S.P, M.P membuat program Produk Teknologi yang diseminasikan Kepada Masyarakat dan akhirnya membentuk dua kelompok dalam kegiatan pengabdian tersebut, yang pertama Kelompok Tani yang berbasis di perkebunan kelor untuk penyediaan bahan baku dan kedua kelompok Ibu-ibu yang berbasis industri.

Para Ibu Memproduksi bahan baku kelor yang ada pada kebun tersebut menjadi berbagai olahan produk untuk meningkatkan nilai ekonominya dan teh kelor adalah salah satunya.

Ibu Dr. Ir. Bau Toknok, S.P, M. P, menjelaskan bahwa sebelum daun kelor diolah menjadi teh, daun kelor harus terlebih dahulu dikeringkan di mesin pengering selama 3 x 24 jam. Alat pengeringnya sendiri telah kami sediakan melalui program ini. Peran pengering sangatlah vital karena menentukan kualitas kelor nantinya.

Salah satu kegunaan Alat pengering yaitu untuk menjaga kandungan nutrisi daun kelor agar tidak hilang dan juga menghilangkan kadar air pada daun kelor sehingga bisa diolah menjadi teh” Lanjutnya.

Setelah melewati tahap pengeringan tadi barulah daun kelor bisa diolah menjadi teh. Alat yang digunakan oleh kelompok binaan itu pun masih terbatas, memanfaatkan blender untuk menghaluskan daun kelor dan setrika untuk laminating kantong tehnya.

Lanjut Ibu Bau Toknok, dengan memproduksi daun Kelor menjadi Teh, ini berguna untuk menaikkan nilai Ekonomi kelor itu sendiri. Bayangkan jika daun kering dijual tanpa diolah dipasaran laku sekitar 50 ribu perkilo dan jika telah di olah menjadi teh dapat berlipat menjadi 250 ribu perkilonya.

Saat ini Teh Kelor buatan kelompok binaan tersebut sudah siap dipasarkan dengan harga Seribu per kantung teh. Harga yang terjangkau bila melihat Kelor yang memang kaya dengan nutrisinya. Bahkan FAO dan WHO juga merekomendasikan tanaman ini untuk menjadi olahan yang konsumsi sehari-hari.

Kelompok binaan Dosen Untad tersebut sangat berantusias dalam kegiatan produksi teh kelor itu, mereka berharap dengan industri yang sedang mereka kerjakan dapat mendrongkrak mereka dari segi ekonomi, karena memang mayoritas Ibu-Ibu dalam Kelompok itu adalah masyarakat penyintas bencana.

Mereka juga berharap kegiatan ini terus berlanjut hingga Desa Pombewe bisa menjadi sentra Pendidikan dan Produksi Kelor. ***

Reporter: Indra Setiawan

Berita terkait