Oleh : andono wibisono
Poso,- Ingat 29 Maret 2016? Ratusan rakyat Dongi – dongi dan penambang yang menuntut kepemilikan lahan ditangkap aparat? Aksi memperingati Keriadaan Lahan itu berbuntut ricuh. Benarkah aksi itu disokong agar Menolak penutupan tambang di Dongi-dongi Kabupaten Poso?
Dongi-dongi. Sejarahnya adalah wilayah di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Warga memperoleh lahan dengan cara menduduki lahan TNLL 2001 lalu. Kini makin menggiurkan karena ditemukan jutaan kandungan emas di tanah Dongi- Dongi.
Bagai semut dan gula. Entah semut berseragam sampai semut hitam dan merah. Sejak 2015 ribuan orang ada disana. Pemerintah menyebut ada 3 ribuan. Mulai dari Palu, Poso, Sigi hingga Manado dan Kotamobagu Sulawesi Utara, Jawa dan Sulawesi Selatan, Kendari Sultra.
Ironinya sejak itu pula, artinya 2015 atau lima tahun lalu Negara menyebut itu penambangan ilegal. Tapi ajaib. Hingga lima tahun ini kegiatan di sana makin rame bahkan ada yang sudah terang terangan menggunakan mesin Crusher di lokasi, sebut warga Sigi yang enggan disebut namanya menguatirkan keselamatannya ke kailipost.com pekan lalu.
Catatan jejak digital, 2016 pernah dicoba untuk negosiasi pemerintah dengan warga. Pemerintah diwakili Pemkab Poso, Balai TNLL dan warga yang menetap di Dongi-dongi.
Hasil kesepakatan, warga harus keluar dari kawasan hutan lindung kata Kepala Balai Besar TNLL, Ir Sudayatna MSc pada https://amp.lokadata.id/amp/dongi-dongi-di-tengah-ketiadaan-tanah-dan-perkara-tambang.
Kesepakatan awal gagal dilakukan kesepakatan kedua 21-25 Maret 2016. Sampai aparat melakukan penertiban tambang hingga dibuat portal yang dijaga aparat.
Dulu pejabat Polda yaitu, Direktur Kriminal Khusus Kombes Pol Drs Yan Sultra Indrajaya SH, melalui Kasubdit Tipiter AKPB Mujianto SIK, menerangkan bahwa penertiban dilakukan tiga tahapan. Tahapan sosialisasi dilakukan dua kali, tahapan peringatan (26-28 Maret 2016), dan tahapan penindakan (29 Maret 2016).
Dalam tahapan sosialisasi, penambang diminta menghentikan ativitas, dan tidak lagi membawa material ref (baca: bongkahan material yang mengandung emas) untuk diolah di Kota Palu (Poboya).
Pada tahapan penindakan yang jatuh pada 29 Maret 2016, aparat gabungan masuk ke lokasi tambang untuk melakukan pengosongan. Aparat lantas menutup lubang-lubang galian tambang dan membakar lapak-lapak penambang.
Bagaimana sekarang? Berapa ribuan ton material ref yang keluar dari Dongi-dongi? Siapa pemain di belakang Dongi-dongi? Atas nama oknum pejabat siapa yang sekarang dikenal di sekitar lokasi tambang ilegal itu? Tulisan berikutnya akan diuraikan siapa saja yang terlibat ‘emas ilegal rugikan pajak negara’ di Dongi-dongi.
Tambang emas ilegal menghasilkan mineral emas ilegal pula. Transaksi emas Dongi-dongi umumnya sudah ada penadah (pembeli). Umumnya pemain lama Poboya dan penyuplai bahan bahaya beracun (B3) lewat kaki tangannya. Ada pula yang pembeli besar di sekitar Jalan Veteran Palu, dan sekitar Jalan Monginsidi dan S Parman Palu.
Emas yang dihasilkan dari tambang ilegal proses jual belinya tanpa kewajiban ke negara. Transaksi jual beli tak menyertakan pajak pada negara. Baik sebagai perusahaan dan proses jual beli. Bayangkan sejak 2014 akhir hingga saat ini, berapa ruginya pajak negara? Siapa saja yang melibatkan diri turut serta merugikan negara?
“Saat ini ada lebih dari 600 lokasi tambang emas, umumnya liar tersebar diseluruh Indonesia,” ujar Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono kepada detikFinance, Sabtu (11/4/2015) lalu.
Ia melanjutkan tambang emas liar ini tetap saja merugikan negara, karena royalti, pajak dan sebagainya tidak didapatkan negara. ‘’Bila hasil tiap lokasi tambang liar ini 1 kilogram (Kg) per hari saja, hitung saja berapa duit dari dari tambang emas liar ini, negara rugi,” tutupnya.
Bila hasil tambang emas liar ini 1 kg dikali harga emas Antam misalnya Rp 1.000.000/gram = 1.000.000 x 600 lokasi tambang liar sama dengan Rp 600 miliar/hari. Dongi-dongi berapa dihasilkan perhari? Perbulan? Berapa ruginya negara?
Di Dongi-dongi saat ini mulai ada keresahan antara warga yang memperjuangkan lahan di sana dengan warga yang mulai berdatangan.
Di tengah hiruk pikuknya penambangan emas, ada pula sebagian yang masih konsisten menjaga alam sekitar Dongi-dongi. Kailipost.com pernah langsung bertemu sejumlah pihak di sana. Mulai membangun sekolah untuk pendidikan anak anak Dongi-dongi sampai pelestarian alamnya. Itulah potret kerakusan anak manusia dan anak manusia lainnya yang menjaga alam. ***