Bom Waktu Itu Akhirnya Meledak Juga

  • Whatsapp
Pasien RS Masani yang diisolasi karena PDP covid 19. Foto: Ten/ist

Palu,- Perkembangan penularan virus korona atau Covid-19 di Kota Palu, kian hari semakin memprihatinkan. Jumlah terkonfirmasi virus dari Wuhan tersebut, tidak terkendalikan lagi.

Berdasarkan laporan Pusdatina Covid-19 Sulteng, saat ini jumlah terkonfirmasi Covid-19 mencapai 592 kasus aktif. Tertinggi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Palu, dr. Huzaema menjelaskan bahwa penyebaran virus korona di Kota Palu saat ini, tergolong dalam transmisi lokak. Artinya, penularanya antara warga Kota Palu. Bukan lagi melalui masyarakat yang memiliki riwayat perjakanan dari daerah lain.

Lebih miris lagi, beberapa tenaga medis yang bertugas di berbagai rumah sakit Sulteng, positif Covid-19. Malah Rumah Sakit daerah yang menjadi rujukan pasien khusus korona maupun pondok perawatan, tidak dapat lagi menampung pasien Covid-19.

Salah satunya RSUD Anutapura Palu. Dimana Plt Direktur Rumah Sakit Daerah tersebut, rencananya akan menambah ruangan kamar khusus perawatan bagi pasien Covid-19. Bertujuan untuk mengantisipasi membludaknya terkonfirmasi Covid-19.

Sementara penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Palu masih berkutat dengan minimnya anggaran. Karena menurut Kadinkes Kota Palu, anggaran yang dialokasikan untuk PSBB, diatas Rp100 Miliar. Apakah Pemkot memiliki dana sebesar itu dan telah merencanakan dana tersebut.
Karena menurutnya PSBB sangat berdampak bagi ekonomian dan sosial masyarakat utamanya rakyat kecil. Karena membatasi perekonomian warga. Seperti bus, pasar, pelabuhan, bandara, kios, warung maupun kafe.

Menilik dari hal itu, meledaknya bom waktu Covid-19 di Kota Palu saat ini, diakibatkan masyarakat mengenyampingkan protokol kesehatan. Diantaranya social distancing atau menjaga jarak dan banyak yang tidak menggunakan masker saat beraktivitas diluar rumah. Beberapa waktu lalu, kota yang usai dihantam bencana alam ini telah memasuki new normal. Artinya statistik kasus terkonfirmasi positif menurun.

Akan tetapi, kesadaran masyarakat akan pandemi sangat minim. Dimana kegiatan yang mendatangkan orang banyak, seperti pesta hajatan marak digelar. Belum lagi pesta demokrasi pemilihan kepala daerah. Semuanya menjadi pemicu menularnya Covid-19 salah satu paradigma atau kerangka berfikir yang telah berakar pada masyarakat. Diantaranya menggelar hajatan pernikahan semeriah mungkin.

Aah, sudahlah, bukan kapasitas kita menilainya. Kembalikan kepada masing-masing individu. Belum lagi tempat hiburan maupun lokasi destinasi wisata, ramai dikunjungi masyarakat. Seakan tidak terpengaruh dengan adanya pandemi saat ini.

Saat ini, kita hanya berharap kesadaran warga Kota Palu. Untuk mematuhi protokol kesehatan. Untuk memutus mata rantai penyebaranya. Selain itu, pemerintah daerah juga bisa lebih reprensif lagi seperti dulu. Melarang segala bentuk kegiatan yang berpotensi berkumpulnya orang banyak. Jangan menunggu bom waktu Covid-19 meledak.***

Penulis: Firmansyah

Berita terkait