Jakarta,- Bank Indonesia (BI) kini mulai mewaspadai kenaikan harga pangan yang berasal dari impor. Berdasarkan catatan bank sentral, kenaikan harga pangan per hari ini sudah mencapai 43%.
Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur BI Dody Budy Waluyo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang ditayangkan secara daring, Selasa (30/8/2022). BI menyebut kenaikan harga pangan memang tidak terelakkan.
“Sampai hari ini kenaikan harga sudah 30-35%, pangan sendiri sampai 43%. Jadi tidak salah jika transmisi harga pangan global terhadap harga domestik tidak tertahankan,” kata Dody.
Dody mengatakan situasi ini tentu akan berdampak pada laju inflasi nasional. Apalagi di dalam negeri, komponen makanan bergejolak (volatile food) dan harga yang diatur pemerintah (administered prices) sudah mengalami peningkatan.
“Pertama terkait volatile food ini sudah meningkat 11,47% sampai dengan Juli kemarin. kemudian harga yang diatur pemerintah sudah meningkat 6,5%. Dua komponen inflasi ini menarik harga domestik kita,” katanya.
Dody mengakui, posisi Indonesia saat ini masih diuntungkan dari data inflasi inti yang cenderung masih melemah. Ini menandakan permintaan masyarakat belum sepenuhnya pulih, kendati perekonomian mulai bergerak ke atas.
Namun, bukan berarti BI tidak mewaspadai hal ini. Apalagi, Dody melanjutkan, perkembangan laju Indeks Harga Konsumen (IHK) sudah berada di atas batas atas yang ditetapkan bank sentral sebesar 4 plus minus 1%.
“Kita lihat IHK sendiri, potensi akan jauh dari perkiraan kita. Sampai dengan posisi 4,94%, sudah di atas targt kita maksimal 4%,” kata Dody. ***
Editor/Sumber: Rizky/CNBC Indonesia