Editor : Fathia
Palu- Pada awal tahun 2025 pemerintah Indonesia meluncurkan program makanan bergizi gratis dengan sasaran utama anak-anak sekolah, ibu hamil dan menyusui, program ini bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi dan mengatasi masalah stunting. Namun fakta empirisnya program makanan bergizi hingga saat ini belum berjalan sesuai harapan, banyak masyarakat yang lebih membutuhkan namun belum merasakan dampak langsung dari program makanan bergizi. Indonesia Corruption Watch mendesak agar program ini dihentikan setelah maraknya kasus keracunan di tingkat sekolah yang terjadi diberbagai daerah.
Peneliti ICW melalui keterangan resminya, “menuliskan bahwa kualitas makanan yang disediakan tidak memenuhi standar gizi minimal, sehingga itu mencakup segi kandungan,protein, vitamin, maupun keragaman menu, terdapat temuan di sekolah disajikan telur rebus yang tidak layak dikonsumsi, di beberapa sekolah siswa juga membuang makanan karena rasa yang tak sedap”. Melansir Catchmeup senin (28/4/2025).
Sebelumya, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menetapkan status kejadian luar biasa setelah 78 siswa dari Man 1 dan SMP PGRI1 Cianjur, Jawa Barat Keracunan, ditempat yang berbeda juga mengalami hal demikian seperti Jawa Tengah 60 siswa SD Proyonongan 5 Batang, mengosumsi makanan program bergizi mengalami mual dan sakit perut, 40 Siswa keracunan setelah mengonsumsi MBG di Dukuh Sukoharjo, 29 siswa SD Katolik Andaluri Waingapu, Sumba Timur juga mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG, dan sebanyak 40 siswa di SDN Alaswangi 2 Pandeglang mengalami hal yang serupa.
Lalu bagaimana tindakan pemerintah hari ini terhadap banyaknya kasus program MBG yang tidak berjalan sesuai harapan ? dari makanan yang tidak layak dikonsumsi, distribusi yang bermasalah, dugaan penyimpangan, dan dampak negatif lainnya bagi para penerima manfaat program makanan bergizi.