Mereka menyoroti kurangnya koordinasi dan minimnya fasilitas, terutama tenda dan logistik dasar, yang seharusnya disiapkan sejak awal.
Situasi ini memicu kekhawatiran, terutama bagi jemaah lansia dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan khusus.
Cuaca ekstrem di Tanah Suci dapat membahayakan keselamatan jika tidak ada perlindungan memadai.
Sejumlah pihak mendesak Kementerian Agama Republik Indonesia dan pemerintah daerah untuk segera turun tangan, melakukan investigasi, dan memastikan seluruh jemaah mendapat perlakuan yang layak menjelang momen puncak ibadah.
Hingga berita ini diturunkan, pihak penyelenggara belum memberikan pernyataan resmi terkait penyebab kekurangan tenda dan langkah penanganan yang akan diambil.
Para jemaah berharap pemerintah segera memberikan solusi konkret, bukan sekadar imbauan untuk bersabar.