Awalnya, saya berminat mengikuti selintas mengeser layar handphone. Bahkan menyiapkan sejumlah syarat. Tapi buru – buru kembali saya menyimak lama alam pikiran istilah ‘Perumda’ Akhirnya, saya pun menghela nafas panjang. Urung deh. Maaf Pak Wali.
Mengapa urung? Mungkin ekspektasi saya terlalu ‘lebay’ – mengawasi pengelolaan sebuah perusahaan daerah yang orientasi profit dengan core bisnis melayani publik. Saya membayangkan Palu memiliki Perseroan daerah (Perseroda) Palu. Bukan Perumda. Dengan Perseroda mimpi saya terbang tinggi memetakan potensi Palu yang banyak diabaikan. Padahal sangat besar manfaatnya untuk warga. Dan menghasilkan profit. Tentu akan menyumbang bagi devisa Kota Palu.