NITIZEN MINTA AMINUDIN DITANGKAP !

  • Whatsapp
HPA & FPK Beri Waktu 1 x 24 Jam Segera Minta Maaf

SONTAK  Usai sambutannya dilansir sebuah media online nasional, Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminudin Makruf di depan Presiden Joko Widodo saat pembukaan kongres PMII ke XIX itu menjadi viral dan menyulut kemarahan warga Palu dan nitizen media sosial. Viral capture pemberitaan media online itu beredar sejak siang hingga malam dini hari kemarin (16/05/2017) di Sulteng.

Desakan untuk segera meminta maaf terus diungkapkan netizen baik di media sosial, grup media sosial di WA hingga path terpantau masih menjadi trending topik. ‘’Tangkap sebelum Ia (Aminudin Makruf.Red) keluar dari daerah ini. Minta dia membuktikan ‘katanya’ siapa itu tanah ini adalah basis radikalisme dan tanah ini adalah pusat penolakan NKRI,’’ ujar aktifis medsos, Yusrin L Banna di facebook memberikan komentar.

Ketua GP Anshor Sulteng, Adha Nadjemuddin mengklarifikasi bahwa penulisan kutipan atas pernyataan Aminudin ada yang dihilangkan yaitu, satu kata, ‘’katanya’’ sehingga maknanya menjadi bola liar. Ia meminta semuanya bertabayun.

Sedangkan Sekretaris Partai Demokrat Sulteng, Ata Radjak dalam sebuah time linenya di fesbuk menulis yang diberi Judul ” KAMI MASIH MERAH PUTIH ” @untukmu adik adik PMII. Dik, terlalu sakit stigma yang kalian ucapkan pada kami. Konflik horisontal poso,tak bisa kalian jadikan ukuran permanen untuk mengatatakan bahwa daerah kami pusat radikalisasi. Juga halnya soal keberadaan gerakan Santoso cs, bukanlah menjadi alasan pembenar akan stigma radikalisasi itu.

Harusnya kalian membaca tuntas sejarah daerah kami. Sejarah tentang keberanian para kesatria kami yang gugur diujung bedil penjajah. Sejarah tentang perjalanan Guru Tua yang dengan arif dan bijaksananya membangun dasar fundamental pendidikan, keagamaan dan sosial. Dik, sampai saat ini kami tak pernah memproklamirkan daerah kami terpisah dari NKRI.

Sampai detik ini, kami hanya punya bendera kebangsaan merah putih. Sampai nafas kami berhenti, dasar negara kami akan tetap Pancasila. Dik, setiap hari kami masih bersenda gurau diwarung kopi. Kami bicara dan berdiskusi tentang keindonesiaan. Tentang negara yang kami sangat cintai. Dik, jika kalian lihat banyak lilin yang kami pasang, itu bukan simbol perlawanan latah yang kami lakukan. Tetapi memang penerangan PLN didaerah kami tengah dibenahi. Dik, ku tuliskan catatan ini sebagai bentuk protes yang paling beradab. Kami tidak ingin negeri ini melahirkan kemarahan yang baru. Sudah terlalu pengap negeri ini dipenuhi hawa kemarahan. Selamat jalan adik adikku. Kenanglah kami sebagai saudara sebangsa yang tetap istiqomah untuk NKRI. Ditutup dengan hastag #kesalahansistemikpengelolaannegara#

FPK Kecam PMII 

 

Sementara itu Ketua Front Pemuda Kaili (FPK) Sulawesi Tengah, Erwin Lamporo mengecam keras ujaran Ketua PB PMII, Aminuddin Ma’aruf. Penyataan Aminuddin itu menuai reaksi keras dari Erwin selaku masyarakat Sulteng. Menurutnya, meskipun Aminuddin mengeluarkan kalimat katanya, tetapi kalimat itu tidak disertai dengan indikator dan rujukan yang jelas.

“Pertama, kami sangat tersakiti dengan pernyataan itu. Apa dasarnya mengatakan tanah Kaili (Tadulako) ini pusat radikalisme. Dia orang dari mana, apakah dia tahu kultur budaya di sini,” tandas Erwin.

Menurutnya, pernyataan itu sangat kontraproduktif dan sudah menyinggung perasaan masyarakat Sulteng, khsusunya masyarakat Kota Palu. Pasalnya, di Sulteng ini ada sebuah lembaga Islam yang berpusat di Kota Palu, yaitu Alkhairaat yang tidak pernah mengajarkan hal-hal berbau radikal.

Lembaga ini lanjut Erwin merupakan lembaga dakwah pemersatu umat dan salah lembaga pusat Islam di Sulteng. Olehnya, dengan pernyataan yang tidak bertanggung jawab itu, selaku tokoh pemuda dan Anggota DPRD Sulteng, Erwin mengaku sangat keberatan dan meminta kepada Aminuddin selaku ketua PB PMII dan PMII secara kelembagaan untuk melakukan permohonan maaf secara terbuka kepada publik Sulteng. Saat ini katanya, pihaknya sudah melakukan konsolidasi dan berkomunikasi dengan Forum Umat Islam (FUI) memprotes keras pernyataan Aminuddin.

“Dasarnya apa, kajian dari mana. Kami memberi waktu satu kali 24 jam kepada dia untuk segera melakukan permintaan maaf. Ini harus disikapi,” imbuhnya. Menurut Erwin, sebaiknya Aminuddin jangan mengeluarkan statemen yang menyulut sebuah amarah masyarakat di daerah ini, jika tidak mengetahui situasi daerah itu sendiri. “Sebenarnya, kawan-kawan sudah mau merapat ke lokasi kongres, tetapi kita masih menghormati kegiatan itu. Kami menunggu permohonan maaf dari dia,” tutur Erwin

Kecaman yang sama disampaikan Ketua Himpunan Pemuda Alkhairaat (HPA) Sulteng Husen Alhabsy ketika dihubungi via telepon seluler, Selasa (16/5/2017). Menurutnya pernyataan Aminuddin disampaikan langsung dihadapan Presiden Joko Widodo dan pejabat negara itu mengundang reaksi keras dari masyarakat Palu. HPA Sulteng sangat mengecam penyataan yang kontraproduktif tersebut. Ia mengimbau agar Aminuddin secepatnya mengklarifikasinya, karena pernyataan itu tidak pantas dikeluarkan oleh seorang ketua organisasi yang katanya cukup besar di Indonesia. “Jangan karena dihadapan presiden sehingga keluar kalimat yang tidak pantas. Kalimat seperti itu sebagai “penjilat” kepada pejabat,” tandas Uchen sapaan akrabnya.

Selaku Ketua HPA dan ketua Komunitas Muda Sulawesi Tengah (KMST), ia sangat tersinggung dengan pernnyataan yang keluar dari mulut seorang ketua PB yang sebenarnya tidak pantas sebagai ketua organisasi di tingkat pusat. Pernyataan itu lanjut Uchen tanpa didasari oleh sejarah Sulteng. Ia mengatakan bahwa Aminuddin tidak tahu kultur dan budaya masyarakat tanah Tadulako khususnya masyarakat tanah Kaili.

“Kalimat itu sama dengan kalimat “binatang”. Tidak pantas diucapkan. Sebaiknya dia sadar diri dan tahu dirilah. Saya heran kenapa ada ketua seperti ini,” protesnya. Uchen menuturkan, sudah berpuluh-puluh tahun masyarakat Sulteng khususnya di Kota Palu hidup rukun dan berdampingan, tidak ada kalimat radikalisme yang disematkan. Kalaupun merujuk pada aksi – aksi yang katanya teror di wilayah tertentu, tetapi itu bukanlah sebuah ukuran dan bukan keterwakilan masyarakat Sulteng.

Olehnya ia meminta agar Aminuddin segera menarik ucapannya tersebut satu kali 24 jam, jika tidak katanya, masyarakat akan mengusirnya dari Kota Palu. Pernyataan Aminuddin dalam pemberitaan dan video itu menjadi viral di facebook maupun twitter dan mendapat protes keras pengguna dunia maya khususnya masyarakat Sulteng pengguna sosmed.**

Reporter: bebi/andono wibisono/mahbub

Berita terkait