SUMBER,- BELAKANGAN Ini, masyarakat Indonesia sedang dicemaskan oleh mewabahnya penyakit difteri. Menurut data Kementrian Kesehatan, hingga November 2017 tercatat sebanyak 11 provinsi melaporkan kejadian luar biasa difteri dengan 32 kasus di antaranya meninggal dunia. Daftar kasus difteri terus meningkat hingga mencapai ratusan di berbagai daerah. Sebenarnya sebelum tahun 2017, wabah difteri juga pernah terjadi pada tahun 2009. Penyebab mewabahnya penyakit difteri adalah menurunnya minat orangtua memberikan imunisasi pada anak. Padahal, penyakit difteri ini bisa dicegah sejak dini dengan pemberian imunisasi, lho.
Apa itu difteri?
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Terkadang, penyakit ini pun memengaruhi kulit. Termasuk dalam jenis penyakit serius yang sangat menular, difteri pun bisa berakibat fatal bagi pengidapnya.
Penularan Difteri
Bakteri Corynebacterium Diptheriae menyebar dengan sangat mudah, apalagi pada orang yang belum pernah diberikan vaksin difteri. Penularannya pun dengan cara-cara umum sederhana seperti:
Ketika seseorang menghirup udara yang mengandung percikan air liur pengidap saat bersin atau batuk.
Kontak langsung dengan luka borok pada kulit pengidap. Biasanya penularan ini terjadi oleh pengidap yang tinggal di lingkungan yang kurang bersih.
Melalui barang yang terkontaminasi oleh bakteri, seperti handuk, alat makanan, dan lain-lain.
Mengapa bakteri difteri ini bisa berakibat fatal? Alasannya adalah karena bakteri ini menghasilkan racun yang membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan. Akhirnya, kumpulan sel mati ini membentuk lapisan abu-abu pada tenggorokan. Racun dari bakteri juga dapat menyebar ke aliran darah, sehingga menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf.
Gejala Difteri
Umumnya, butuh waktu sekitar 2 sampai 5 hari untuk gejala difteri muncul setelah masuk ke dalam tubuh. Namun sayangnya, kadang penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun. Secara umum, penyakit difteri dapat dikenali dari gejala-gejalanya, seperti sakit kepala, demam dan menggigil, sakit tenggorokan dan suara serak, sulit bernapas, lemas, adanya lapisan yang menutupi tenggorokan dan amandel, pilek, serta leher membengkak.
Pengobatan Difteri
Umumnya, jika seseorang mengalami gejala serta diduga terkena difteri maka ia harus dirawat inap di ruangan isolasi di rumah sakit untuk mencegah penularan. Dua jenis obat yang diberikan adalah antibiotik dan antitoksin. Umumnya, pemberian antibiotik bertujuan untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Sedangkan, antitoksin diberikan untuk menetralisir racun yang sudah menyebar dalam tubuh. Selain pengidap, orang-orang yang berada di sekitar pengidap, khususnya orang yang melakukan kontak langsung juga harus diperiksa dan diberikan imunisasi untuk mencegah penularan difteri.
Sumber : Haladoc