Reporter: Firmansyah
KAILIPOST.COM,- KOTA PALU- ‘’Tukang Sapu bawa sapu. Pernahkah tuan pikirkan, harga keringatnya.’’ Inilah manusia. Dengan segala macam warna hidupnya. – petikan syair lagu Sapumu, Sapuku Sapu-sapu, Iwan Fals.
DALAM keterlibatanya membuat suatu daerah maupun kota menjadi asri, kita tidak boleh melupakan jasa mereka. Salah satunya adalah buruh sampah, dalam keseharianya mereka bergumul dengan hasil proses akhir dari semua kebutuhan warga kota, belum lagi bau sampah yang menyengat. Namun kesemuanya sudah menjadi santapan tiap hari bagi mereka. Panas dan hujan bukan halangan, dengan mengantongi upah sekitar Rp15 ribu/hari kesemuanya dilakukan demi untuk membuat asap di dapur mereka bisa mengepul.
Hal tersebut merupakan elegi dari sejumlah buruh angkut sampah di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Palu yang mengadukan nasib mereka terkait adanya pengurangan personil dari lima orang satu armada sampah selama ini menjadi empat. Akhirnya mereka mengadukannya ke DPRD Palu, Selasa (16/1/2018) pukul 11.00 Wita. Buruh sampah mengeluhkan pengurangan personil dalam kegiatan keseharianya. Salah seorang perwakilan supir dan buruh Arham menjelaskan kepada mereka yang hadir bahwa sebelum dirinya saat ini menjadi supir armada sampah di DLH, dia sudah merasakan bagaimana pahit getirnya menjadi seorang buruh sampah.
BACA SELENGKAPNYA DI HARIAN KAILI POST…!