MAL TATURA Palu,
ada icon kebanggan orang Palu. MTP memberi inspirasi bangkitnya investasi dan
perekonomian di Palu. Eksistensi MTP mampu menyedot putaran ekonomi dari Sigi,
Donggala dan Parigi Moutong setiap akhir pekan. Palu menerima imbas ekonomis
dan keuntungan. Seiring dengan munculnya pesaing-pesaing ritel modern, MTP
mulai redup dan nasibnya sangat berbahaya ! Berikut berbagai sumber menuturkan
pada Kaili Post.
perubahan dan pergerakan ekonomi di Palu. Bahkan dengan hutang di perbankan
nyaris ratusan miliar rupiah membangun MTP. Jelang akhir kepemimpinannya, 2015;
managemen dan direksi PT Citra Nuansa Elok (CNE) pemilik MTP menyelesaikan
semua kredit di BNI. Bahkan sekarang, CNE memiliki sejumlah aset lahan yang
potensial di Palu.
satu pusat perbelanjaan terbesar di tanah Kaili itu mulai
ditinggalkan tenon (pemilik sejumlah merk bisnis nasional/investor/penyewa). MTP
pun mulai sepi
pengunjung.
H Ali Bau.
Ia Senin (9/7/2018) kemarin mengungkapan
bahwa jika kondisi MTP terus dibiarkan tanpa ada
solusi yang baik, tidak menutup kemungkinan Mal itu tutup. ‘’Bila
tidak ada jalan keluar dalam menyikapi persoalan itu, bisa saja MTP tutup,
karena lebih besar pasak dari pada tiang, ” pungkasnya.
untuk segera mengairahkan MTP. ‘’Saya berharap agar MTP bisa
meminilisir biaya yang dalam peruntukannya
hanya digunakan untuk sesuatu yang tidak mendasar sifatnya, agar bisa dialihkan
kepada biaya
operasional Mal, ” harapanya.
PKB Palu juga mengusulkan agar sesegera
mungkin manejemen MTP menjalin kerjasama dengan pihak investor.
Seperti pembangunan studio cinema. Namun hingga detik ini, hal itu belum
terwujud.
lalu, MTP mengalami peningkatan laba yang sangat baik. Namun di tahun 2017 devisit Rp800 juta. Olehnya, Ridwan berharap agar hal
itu bisa menjadi motivasi agar pihak MTP mencari solusi terbaik guna memicu
animo dari tenon untuk kembali ke tempat tersebut.
berharap agar pihak MTP memiliki trik jitu untuk menarik minat penyewa untuk
kembali berinvestasi ke tempat mereka. Dari pantauan kami, semakin hari bukanya
bertambah, malah semakin berkurang penyewanya, meskipun telah selesai masa
kontraknya, serta belum melakukan penandatanganan kontrak baru, setidaknya ada
pola tersendiri dalam menyikapi hal itu, ” paparnya.
menegaskan bahwa hal itu baru sebatas wacana. Tapi, hingga
saat ini belum ada realisasinya.
Dalam pengakuanya beberapa waktu lalu, manajemen
MTP akan merubah tampilan depan dari Mal, mengikuti
dari bangunan itu sendiri.
Komisi B itu juga mengungkapkan pihak MTP telah menjalin kerjasama dengan pihak
konsultan yang bergerak di bidang
marketing. Dimana mekanisme kontrak tenon harus melalui PT Lestari tersebut.
Dengan mendapatkan fee dari beberapa penyewa. ” Kemarin kami sudah liat
penendatanganan dengan pihak PT Lestari masa kontrak selama 19 bulan, dengan
jumlah kontrak sebanyak Rp200
juta. Dengan pembayaran awal Rp50
juta, namun hingga saat ini belum ada solusi yang berarti dalam menarik
investor atau penyewa untuk datang ke Mal, ” tandas Ridwan.**