Ternyata, Eradikasi Schistosomiasis Belum Efektif

  • Whatsapp

Sumber/editor: Biro humpro sulteng/idham
SCHISTOSOMIASIS Atau demam keong masih jadi epidemik serius masyarakat Kabupaten Poso
dan Kabupaten Sigi. Khususnya, yang mendiami lembah Napu dan Bada. Semua umur
rentan terjangkit penyakit itu dan bisa ditularkan lewat keong dan tikus. Upaya
pengendalian dengan mengobati masyarakat yang terinfeksi dianggap belum efektif,
bila tidak disertai upaya memutus mata rantai penularannya yaitu dari keong dan
tikus.

Demikian ditegaskan Gubernur melalui staf ahli Pemerintahan, Hukum dan
Politik Hj. Sitti Norma Mardjanu, SH, MH. Pernyataan itu disampaikan di Sosialisasi
dan Advokasi Pengendalian Schistosomiasis di Sulteng Selasa (18/12), di Hotel
Sentral Palu. Kegiatan itu melibatkan lintas sektor demi memantapkan
implementasi Road Map Eliminasi Schistosomiasis yang dibagi dalam 3 fase. Yaitu
fase akselerasi (2018-2019), fase pemeliharaan dan pengawasan (2020-2024) dan fase
deklarasi eliminasi (2025).

Dikatakan gubernur, prevalensi (angka kesakitan) schistosomiasis pada
manusia terus mengalami penurunan sampai di bawah 1 % yaitu 0,75 % pada 2017
dan 0,36 % pada 2018. Tapi disayangkan, penurunan tersebut belum diikuti
prevalensi serupa pada tikus dan keong yang masih di atas 1 %. “Tikus sebesar
20 % pada 2017, kini meningkat jadi 34,48 %,” sebut staf ahli. “Pada keong
sebesar 4,74% pada tahun 2017, kini meningkat jadi 6,33 %,” memaparkan situasi
yang kontradiktif.

Olehnya gubernur meminta upaya pengendalian prevalensi pada hewan dan
lingkungan agar lebih difokuskan di masa-masa mendatang dengan keterlibatan
lintas sektor dan keterpaduan program kebijakan.
“Eliminasi schistosomiasis diharapkan tercapai secara bertahap sampai
pada tahun 2025 yakni prevalensi pada manusia, hewan dan lingkungan dengan
prevalensi schistosomiasis pada keong dan tikus adalah < 1%,” pungkasnya.

Sementara Kadis Kesehatan dr. Reny Lamadjido, SpPK, M.Kes menegaskan
upaya mengeliminasi schistosomiasis sudah dirintis jauh hari sejak jaman Orde
Baru melalui pengembangan kawasan terpadu medio 1982 sampai saat ini lewat road
map eradikasi schistosomiasis 2025.

“(Schistosomiasis) hanya ditemukan di Sulawesi Tengah, kami berusaha
memperbaiki, salah satunya membuat integrasi komitmen menyukseskan (road map)
eradikasi 2025,” singkatnya. Peserta meliputi unsur dinas kesehatan, dinas PMD
(Pemberdayaan Masyarakat Desa), Bappeda, LSM dan akademisi, sejumlah lebih
kurang 65 orang.**

Berita terkait