BANJIR Bandang disertai lumpur yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Sigi, mengakibatkan sedikitnya 670 kepala keluarga terpaksa diungsikan.
Warga diungsikan akibat banjir lumpur yang menimbun dan merusak rumah mereka. Banjir menerjang pemukiman warga pada Minggu (28/4) malam. Banjir juga bukan hanya membawa lumpur. Kayu berukuran besar dari dalam hutan, juga ikut terbawa masuk ke pemukiman warga.
Data dari berbagai sumber menyebutkan di Desa Balongga tercatat 36 unit rumah rusak dan 47 kk diungsikan.
Salah satu titik terparah adalah di Desa Bangga. Sebanyak 500 unit rumah terendam lumpur dan gelondongan kayu. Sekitar 551 kk atau 2.259 jiwa diungsikan ke desa terdekat.
Sementara desa tetangga Bangga, Walatana juga terdampak banjir dan 42 kk terpaksa mengungsi.
Selain di Dolo Selatan, banjir juga menghantam dua desa di Kecamatan Gumbasa yakni Omu, dan Tuva dan satu di Kecamatan Kulawi yaitu Desa Salua.
Di desa Omu 5 unit rumah hilang terbawa banjir dan 23 lainnya terendam. Selain itu banjir merusak lahan perkebunan dan persawahan seluas 10 hektar. Warga mengungsi sebanyak 30 kk. Satu korban jiwa dilaporkan hilang di desa Tuva, sejak Minggu malam.
Saat ini, desa-desa tersebut sangat membutuhkan bantuan. Warga sangat membutuhkan makanan siap saji, keperluan bayi dan lansia, air bersih, tim medis dan alat untuk membersihkan lumpur.
Sementara jalan yang menghubungan Palu, dengan Kulawi, Kabupaten Sigi dilaporkan putus total diterjang banjir bandang pada minggu dinihari.
Titik longsor terdapat di desa Saluki kecamatan Gumbasa. Selain itu jalan antara Desa Salua dan Sidaunta putus tertimbun longsor.
@Banjir Bandang Desa Bangga Sigi
|
Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu
(28/4), mengakibatkan ribuan jiwa dilaporkan mengungsi ke dataran yang lebih
tinggi, sementara sebagian rumah warga terkubur lumpur hingga atap.
Hingga Senin (29/4) pagi, banjir bandang menerjang separuh Dusun I, seluruh
Dusun II dan sebagian Dusun III menyebabkan rumah warga terkubur lumpur sampai
setinggi atap.
“Waktu banjir pertama sekitar jam tujuh malam rumah-rumah hanya terendam
air sampai sekitar betis (orang dewasa),” kata salah satu warga, Sukardi
yang ditemui di lokasi bencana.
Dia mengaku hantaman banjir bandang paling parah diiringi material lumpur dan
disertai gemuruh terjadi Minggu malam sekitar pukul 23.00 Wita.
“Untungnya sebelum banjir bandang ke dua warga sudah lari ke gunung
menyelamatkan diri. Kalau tidak banyak yang meninggal karena tingginya lumpur
sampai di atap rumah,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, malam saat kejadian rumah warga sama sekali tidak kelihatan
akibat tertutup lumpur yang terbawa banjir dari lereng pegunungan di sekitar
Desa Bangga.
“Untung paginya sudah keliatan. Waktu malam pas kejadian rumah tertutup
lumpur,” ucapnya.
@Banjir Bandang Desa Bangga Sigi |
Hal senada juga diungkapkan Dakria, warga Dusun II yang merupakan dusun terparah. Beruntung dia dan seluruh keluarganya cepat menyelamatkan diri.
“Kita tinggal memgharapkan bantuan dari pemerintah karena rumah kami habis. Tidak bisa ditinggali lagi,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Dia berharap bantuan dari pemerintah daerah, pusat dan lembaga atau yayasan kemanusiaan dapat secepatnya dia terima mengingat saat ini warga hanya bisa berharap uluran tangan dermawan.
“Semoga semua selamat dan tidak ada korban jiwa,” ucapnya beharap.
Sampai saat ini berbagai bala bantuan dari kepolisian, TNI, Badan SAR Nasional (Basarnas) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi dan Pemprov Sulawesi Tengah serta relawan terus berdatangan.
Mereka mengevakuasi warga ke tempat yang lebih tinggi, membantu menyelamatkan barang-barang berharga dan menyalurkan bantuan logistik berupa makanan.**
Reportase: Ikhsan Madjido