Korban Banjir Sigi Butuh Air Bersih

  • Whatsapp

Sumber: Jurnalsulawesi

 KORBAN Terdampak banjir dan lumpur di Desa Bangga,
Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), mulai
kesulitan air bersih. Bantuan air bersih untuk berbagai keperluan ini sangat
mendesak bagi para korban.


“Susah sekali air bersih di sini. Air sangat kami
butuhkan,” ucap Gasim Warga Dusun IV Desa Bangga, Selasa (30/4/2019).

Adnan, warga Dusun III Desa Bangga juga mengakui
sulitnya mendapat air bersih. Ia menyebut air dapat diperoleh di wilayah itu,
namun kondisinya kotor dan keruh. “Ada air, kalau tanah di gali. Namun, kotor.
Mau atau tidak, seperti itulah kenyataannya,” kata Adnan.

Safruddin atau Aco, juga mengatakan hal yang sama.
Bahwa masyarakat korban bencana banjir di pengungsian butuh air bersih.

Pantauan di lapangan, sarana pendukung atau
penampung air telah tersedia di lokasi pengungsian seperti di depan posko ACT.
Namun, tandon yang tersedia tidak ada air di dalamnya. Selain air, warga juga
butuh makanan dan minuman. Bantuan logistik mulai didistribusikan ke desa
tersebut. Bantuan logistik itu dari relawan, LSM dan sebagian dari pemerintah.

“Kami juga menunggu bantuan dari pemerintah,
termasuk untuk evakuasi isi rumah,” sebut Gasim. Korban terdampak banjir
bersedia di relokasi, bila pemerintah menyediakan lahan dan bangunan yang
layak.

Terserang Berbagai Penyakit
Dikutip dari Antara, tim kesehatan relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT)
menyatakan korban banjir di Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten
Sigi, mulai menderita berbagai penyakit antara lain seperti gatal-gatal, batuk
dan demam, serta hipertensi.

“Saat survei ke tenda-tenda pengungsian,
anak-anak, dan orang tua mulai menderita penyakit gatal-gatal,” ucap salah
seorang tim kesehatan/media relawan ACT, Jihan Pratiwi, di Desa Bangga, Selasa
(30/4/2019).

Anak-anak terdampak bencana banjir, sebut Jihan
Pratiwi, juga mulai menderita batuk-batuk dan demam. Sementara orang tua yakni
bapak-bapak dan ibu-ibu di tenda pengungsian mulai menderita penyakit
gatal-gatal. Kemudian, ada juga orang-orang tua yang mulai hipertensi, karena
beban fikiran, dikarenakan tertimpa bencana banjir.

“Banyak fikiran dan tekanan darah sudah mulai
naik. Untuk ibu-ibunya banyak butuh obat salep untuk penyakit gatal-gatal,”
sebut Jihan.

ACT menyebut, berdasarkan survei, warga menderita
penyakit gatal-gatal dikarenakan mandi di sungai yang airnya kotor. Kemudian,
mengonsumsi mi instan, telur dan ikan asin.

“Mereka mandi di sungai karena tidak ada air
bersih, tidak ada penampungan air. Mereka juga mengonsumsi mi instan dan telur
serta ikan asing, tadi keluhan ibu-ibunya seperti itu,” ujar Jihan.

Sementara warga menderita batuk karena dipengaruhi
oleh cuaca yang tidak menentu. Tim Kesehatan ACT telah memeriksa 20 warga.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mayoritas anak-anak korban banjir menderita
penyakit batuk dan demam.” Untuk orang tua yang mengalami hipertensi sekitar 5
– 6 orang, dan gatal-gatal. Orang tua mayoritas gatal-gatal,” sebut Jihan.

Tim Kesehatan ACT melakukan pelayanan kesehatan di
lokasi terdampak bencana secara mobile. Jihan Pratiwi mengakui bahwa, ACT
menurunkan dokter, dan bidan. Namun, telah menurunkan perawat dan menyediakan
stock obat-obatan.**

Berita terkait