Tausiyah Ramadhan: Keutamaan Qiyamul Lail

  • Whatsapp

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada
dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala
pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di
waktu malam.
 (QS. Adz-Dzariyat : 15-17) 

“Mereka itulah yang bangun di penghujung malam
tatkala orang-orang terlelap. Mereka menghadapkan dirinya kepada Allah dengan
memohon ampunan dan kasih sayang-Nya. Mereka tidak merasakan nikmatnya terlelap
kecuali sejenak dan tidak tidur pada malam hari kecuali sebentar. Mereka asyik
bersama Rabbnya di keheningan malam” 

Jelaslah, bahwa sedikit tidur di waktu malam itu
bukan untuk begadang, juga tidak sama dengan orang kerja shif tiga. Tetapi
sedikit tidur malam karena mengerjakan shalat malam, qiyamul lail. Puasa yang hendak meraih derajat taqwa, juga berupaya
mencapai karakternya. Sehingga kita lihat, ada pembiasaan qiyamul lail selama
bulan Ramadhan, terutama melalui shalat tarawih. 

Karena sangat eratnya qiyamul lail dengan shalat
tarawih, Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menyandingkan
bab keutamaan shalat malam dengan bab shalat tarawih, tanpa ada bab lain yang
memisahkan keduanya. Dalam bab shalat tarawih itu, ada dua hadits yang
dicantumkan oleh Imam Nawawi. Keduanya menggunakan istilah yang sama: Qiyamu
Ramadhan. 


Barangsiapa yang qiyam Ramadhan, karena iman dan
mengharapkan pahala (dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
 (Muttafaq ‘alaih) 

Rasulullah sangat menganjurkan shalat tarawih,
tetapi tidak mewajibkannya.
 (HR. Muslim) .

shalat tarawih dilakukan secara berjamaah oleh
Rasulullah hanya pada tiga hari pertama, lalu dihentikan Rasulullah karena
beliau khawatir akan menjadi wajib. Lalu dilakukan secara berjamaah lagi pada
masa pemerintahan Umar r.a. dengan mendapat persetujuan para ulama zaman
itu. 

Dengan demikian, shalat tarawih juga berfungsi
sebagai upaya pembiasaan. Bukan berarti banyaknya shalat yang telah kita
lakukan di bulan Ramadhan begitu saja kita tinggalkan selepas Ramadhan. Tidak
berbekas. Jangan sampai ketika di bulan Ramadhan kita sudah menunaikan shalat
tarawih setelah Isya’ lalu shalat tahajud sebelum atau sesudah sahur, tiba-tiba
di bulan Syawal dan bulan-bulan selanjutnya nanti kita terlelap dalam tidur
panjang tanpa qiyamul lail sama sekali. Jika begitu halnya, bisa dikatakan
puasa kita gagal. Sebab puasa hendak menjadikan pelakunya menjadi bertaqwa, dan
salah satu karakter orang yang bertaqwa adalah sedikit tidur di waktu malam karena
menunaikan qiyamul lail. 


Begitu
banyak keutamaan qiyamul lail yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam
hadits-hadits beliau. Bahkan beliau adalah orang yang paling perhatian terhadap
qiyamul lail. Semakin besar beban dakwah, semakin meningkat qiyamul lail.
Semakin besar tantangan hidup, semakin meningkat qiyamul lail. Semakin tinggi
derajat, semakin giat qiyamul lail. Itu yang hendak beliau sampaikan kepada
umatnya, sehingga meskipun sudah diampuni dosa-dosanya, beliau tetap luar biasa
dalam melaksanakan qiyamul lail sampai kaki beliau bengkak karenanya. Ketika
Aisyah menanyakan itu, beliau menjawab: 

Apakah aku tidak suka menjadi hamba
yang bersyukur?
 (HR.
Bukhari Muslim) 
Semoga keutamaan qiyamul lail di
atas semakin memotivasi kita untuk melaksanakan qiyamul lail. Bermula dari
pembiasaan di bulan Ramadhan, semoga kita istiqamah qiyamul lail di bulan-bulan
berikutnya.**

Tausiyah Ramadhan @Day 11 Ramadhan

Berita terkait