Pasca Banjir Morowali, Tarif Jembatan Dikeluhkan

  • Whatsapp
banner 728x90
Reporter/Morowali: Bambang Sumantri

PASCA Banjir bandang yang melanda Kabupaten Morowali beberapa waktu
lalu, ternyata masih menyisakan berbagai masalah.
Salah satu masalah yang menjadi
polemik adalah belum adanya fasilitas jembatan yang menghubungkan jalan trans
Sulawesi di dua desa Kecamatan Bahodopi, yakni Dampala dan Siumbatu.
Akibat putusnya jembatan dan
derasnya air, sungai pun menjadi dua jalur sehingga ada jembatan darurat yang
dibuat oleh warga, namun ditetapkan tarif jika melintas.
Dalam sekali melintas, satu orang
dipatok tarir Rp5.000,- sedangkan satu unit sepeda motor, pemiliknya harus
merogoh Rp20.000,- untuk sekali melintas.
Kondisi tersebut dikeluhkan oleh
masyarakat, apalagi para pedagang dan karyawan perusahaan tambang dalam sehari
harus mengeluarkan Rp80.000,- dalam sehari. Jika masuk kerja selama sepuluh
hari berturut-turut, maka Rp800.000,- dari gaji karyawan harus rela
dikeluarkan.
“Dalam satu hari untuk ongkos
pulang pergi bisa 80 ribu karena ada dua jembatan darurat, yaitu di Dampala dan
Siumbatu, kalau sepuluh hari kasian gaji kami terkuras hingga 800 ribu rupiah,
ki berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah
ini,” ungkap salah seorang karyawan PT Indonesia Morowali Industrial Park
(IMIP).
Masalah serupa juga dialami oleh
pedagang sayuran. Mereka mengaku jika sebelum jembatan putus, biaya
transportasi dari Napu hanya berkisar Rp2.500.000,-, saat ini menanjak menjadi
Rp5.000.000,- karena harus menyewa ojek untuk mengangkut sayurannya menyeberang
jembatan darurat.
Informasi yang diperoleh media ini,
jembatan belly masih dalam proses pengerjaan dan masih butuh waktu beberapa
lama lagi untuk menyelesaikannya. Harapan masyarakat agar jembatan tersebut
bisa secepatnya selesai agar kondisi perekonomian kembali pulih seperti sebelum
banjir bandang.**

Berita terkait