CENTER OF Reform on Economics (CORE) menilai, presiden Joko
Widodo harus membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia melampaui kisaran 5 persen
di periode keduanya.
Direktur
Riset CORE Piter Abdullah mengatakan, selama 5 tahun terakhir ini, pertumbuhan
Indonesia sudah tertahan di kisaran 5 persen.
Riset CORE Piter Abdullah mengatakan, selama 5 tahun terakhir ini, pertumbuhan
Indonesia sudah tertahan di kisaran 5 persen.
Padahal,
katanya, angka pertumbuhan itu tidak cukup untuk mengakomodir puncak bonus
demografi yang akan terjadi pada tahun 2030.
katanya, angka pertumbuhan itu tidak cukup untuk mengakomodir puncak bonus
demografi yang akan terjadi pada tahun 2030.
Selain
menghambat pemerataan kesejahteraan, Piter beralasan tingkat pertumbuhan di
angka 5 persen dapat menjadi bencana demografi bila tidak disertai dengan
ketersediaan lapangan kerja.
menghambat pemerataan kesejahteraan, Piter beralasan tingkat pertumbuhan di
angka 5 persen dapat menjadi bencana demografi bila tidak disertai dengan
ketersediaan lapangan kerja.
“PR
pemerintah baru banyak. Tapi menurut saya utamanya adalah melakukan percepatan
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan 5 persen sangat tidak cukup. Ini perlu
terobosan di sektor keuangan dan manufaktur,” ucap Piter saat dihubungi
reporter Tirto pada Senin (1/7/2019).
pemerintah baru banyak. Tapi menurut saya utamanya adalah melakukan percepatan
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan 5 persen sangat tidak cukup. Ini perlu
terobosan di sektor keuangan dan manufaktur,” ucap Piter saat dihubungi
reporter Tirto pada Senin (1/7/2019).
”Kenapa
begini karena menterinya kerja sendiri-sendiri jadi tidak bisa lakukan
lompatan,” tambah dia.
begini karena menterinya kerja sendiri-sendiri jadi tidak bisa lakukan
lompatan,” tambah dia.
Piter
mengatakan, saat ini kementerian yang ada belum mampu menggenjot sektor
manufaktur yang notabene merupakan kunci agar pertumbuhan mampu menyentuh
pertumbuhan “dua digit”. Yang terjadi kontribusi sektor manufaktur Indonesia
faktanya malah menurun selama belasan tahun terakhir.
mengatakan, saat ini kementerian yang ada belum mampu menggenjot sektor
manufaktur yang notabene merupakan kunci agar pertumbuhan mampu menyentuh
pertumbuhan “dua digit”. Yang terjadi kontribusi sektor manufaktur Indonesia
faktanya malah menurun selama belasan tahun terakhir.
Bahkan
baru-baru ini pertumbuhannya lebih lambat dari pada perekonomian yang berada di
angka 5 persen. “Kita kalah jauh dibandingkan Vietnam yang sektor manufakturnya
mampu tumbuh dua digit. Padahal itu penting buat serap tenaga kerja,” ucap
Piter.
baru-baru ini pertumbuhannya lebih lambat dari pada perekonomian yang berada di
angka 5 persen. “Kita kalah jauh dibandingkan Vietnam yang sektor manufakturnya
mampu tumbuh dua digit. Padahal itu penting buat serap tenaga kerja,” ucap
Piter.
Di
sisi lain, kata Piter, sektor perbankan Indonesia yang seharusnya dapat
mendukung investasi di sektor manufaktur juga terhambat karena kebijakan suku
bunga pemerintah yang tinggi.
sisi lain, kata Piter, sektor perbankan Indonesia yang seharusnya dapat
mendukung investasi di sektor manufaktur juga terhambat karena kebijakan suku
bunga pemerintah yang tinggi.
Sebabnya,
dengan nilai yang tinggi, sulit bagi investasi untuk masuk karena berbiaya
tinggi. Alhasil output perekonomian yang diinginkan pun tidak terjadi.
dengan nilai yang tinggi, sulit bagi investasi untuk masuk karena berbiaya
tinggi. Alhasil output perekonomian yang diinginkan pun tidak terjadi.
“Investasi
di sektor riil menjadi tidak menarik karena biaya tinggi,” tukas Piter.**
Sumber: Tirto
di sektor riil menjadi tidak menarik karena biaya tinggi,” tukas Piter.**
Sumber: Tirto