300 Bilik Huntara Kota Palu Tidak Ditempati

  • Whatsapp
kepala BPBD Palu, Presly Tampubolon
banner 728x90

Reporter: Firmansyah Lawawi

Dari total 5.735 bilik Hunian Sementara (Huntara) yang telah dibangun oleh Kementerian  PUPR maupun pihak Non Goverment Organization (NGO) di kota Palu, terdapat 300 unit belum ditempati.

“Alasan mengapa warga penyintas enggan menghuni tiga ratus bilik Huntara di kota Palu, karena lokasinya sangat jauh dari wilayah mereka bekerja, “ungkap kepala BPBD Palu, Presly Tampubolon, Kamis (12/9/2019) saat rapat koordinasi monitoring dan evaluasi penangan bencana gempa bumi, Tsunami, dan Likuefaksi bersama ketua tim LO, Kemenpolhulkam RI Satgas pendampingan pusat penanggulangan bencana, Suleman di ruang Bantaya kantor Walikota Palu.

Namun kata Presly Tampubolon, Pemerintah kota Palu terus mengupayakan agar warga penyintas bencana alam, menempati tempat tersebut.

“Kami kesulitan melakukan mobilisasi warga penyintas kota Palu yang berada di wilayah Barat ke Utara. Di sisi lain warga juga tidak mau menempati Huntara di bagian Utara. Karena jauh dari lokasi aktifitas mereka di Palu Barat. Akan tetapi, Pemkot Palu terus berupaya menempatkan mereka di Huntara yang kosong tersebut,” bebernya.

Berdasarkan formulir yang disebar kepada masyarakat penyintas di kota Palu, sebanyak 1.856 korban bencana menyatakan siap direlokasi menuju Hunian Tetap (Huntap) di kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikolore.

“Sebanyak 1.422 sudah dilakukan verifikasi langsung di lapangan dari semua kelurahan dan kecamatan di kota Palu,” sebut Presly Tampubolon.

Sementara itu Progres pencairan dana Stimulan untuk rumah rusak berat tahap pertama kota Palu, lanjut kepala BPBD sebanyak 1.594 unit. Dengan jumlah dana sekitar Rp. 82 Miliar lebih yang sudah termasuk belanja dan biaya pendukung.

“Pokmas yang sudah terkait kontrak sebanyak 110. Dengan jumlah pemilik rumah sebanyak 1.247. Kurang lebih 300 yang kita harus lakukan pemegangan kontrak,” jelasnya.

Ketua Tim LO Kemenpolhulkam Suleman, mengungkapkan perlunya membuat cluster di daerah yang terdampak bencana alam, khususnya kota Palu.

Seperti cluster pengungsian, logistik, dan lain-lain. “Sehingga pasca bencana, semua tidak kalang kabut. Mengingat potensi bencana di Palu sangat besar,” cetusnya.***

Berita terkait