Narkoba Gerogoti Generasi Muda Palu

  • Whatsapp
Andi Angelya

OPINI

Penulis: Andi Angelya

•Mahasiswa Fakultas Psikologi UMM

Kecamatan Tatanga salah satu daerah yang ada diwilayah kota palu, Provinsi Sulawesi Tengah yang pada puluhan tahun silam lebih dikenal dengan wilayah religius, dimana tokoh tokoh agama banyak yang mendiami wilayah itu, kehidupan beragam serta kebersamaan dan keharmonisan nampak pada wilayah itu. Pendidikan agamapun juga tidak terlepas diberikan pada generasi muda. Seiring dengan perkembangan serta pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, seolah mengikis habis nilai nilai keagamaan dikalangan remaja, sehingga produk harampun menjadi barang yang mahal.

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Tengah mengidentifikasi kelurahan di Kota Palu yang diduga menjadi pusat peredaran narkoba beromzet capai Rp 36 miliar per bulan. Pusat transaksi narkoba itu mengakibatkan peredaran dan penyalahgunaan narkoba jenis sabu di Palu makin mengkhawatirkan.

Penyalagunaan narkoba jenis sabu lebih didominasi kalangan remaja, bahkan peredaran narkoba jenis sabu ini tidak terlepas dari peran remaja, sampai pada ibu rumah tangga sekalipun pada satu kelurahan tertentu di Kecamatan Tatanga kota palu. Perdagangan narkoba jenis sabu ini, sudah sangat transparan, tanpa harus sembunyi-sembunyi. Tanpa rasa takut lagi Jaringan kuat pelaku bisnis narkoba itu juga melakukan aksi-aksi sosial yang membuat mereka mendapatkan simpati dan perlindungan dari sekelompok warga sekitar.

Keberadaan pusat transaksi barang haram itu telah menyebabkan banyak warga sekitar memilih menjadi kurir, atau pengedar karena iming-iming penghasilan besar. Dengan menjadi kurir narkoba, warga yang terlibat bisa meraup pendapatan Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta per hari. Bandingkan dengan kegiatan ekonomi lainnya, seperti penambangan pasir dan budidaya ikan lele yang hanya menghasilkan Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per hari itu sebabnya banyak yang tergiur akan barang haram tersebut

Dari data yang didapatkan penyalahgunaan narkotika dikalangan pelajar kota Palu, semakin memprihatinkan. Tercatat selama kurun waktu tahun 2018-2019, sebanyak 181 siswa menggunakan barang haram tersebut. Lebih mengkhawatirkan lagi,justru didominasi oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Pengguna narkoba dikalangan pelajar kota Palu tahun 2018-2019, semakin memprihatinkan. Sebanyak 181 siswa mengkonsumsi barang haram tersebut BNN Sulawesi Tengah

mengatakan sedang merehabilitasi 167 pelajar yang masih duduk di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) akibat kecanduan narkoba jenis sabu.

Generasi muda atau yang dikenal dengan generasi milenial,generasi produktif menjadii tumpuan harapan dari pemerintah dan Negara untuk melanjutkan cita-cita dan harapan bangsa. Kini mereka dalam ancaman,mereka menjadi target sasaran dari peredaran dan penyebaran narkoba, menyadari akan hal itu, pemerintah harus lebih tegas lagi untuk membendung dan melindungi generasi muda, generasi produktif sebagai pelanjut masa depan bangsa.

Indonesia memiliki cita-cita sebagai Negara ekonomi terkuat kelima di dunia tahun 2045 dan daerah provinsi Sulawesi tengah juga menargetkan menjadi daerah yang maju,mandiri berdaya saing di Indonesia khususnya pada kawasan timur Indonesia, untuk mewujudkan cita-cita itu maka diperlukan pembangunan SDM yang unggul dan tangguh karena SDM adalah kunci kemajuan suatu bangsa dan Negara khususnya bagi daerah dan masyarakat Sulawesi tengah.

Untuk melindungi dan menjaga SDM maka di perlukan upaya-upaya menanggulangi narkoba secara utuh semua kalangan di harapkan terketuk hatinya untuk bekerja sama dengan BNN provinsi dalam upaya melindungi dan mensterilkan lingkungan keluarga,masyarakat,sekolah,perguruan tinggi,perkantoran,pasar,bandara,pelabuhan,tempat-tempat hiburan dan ruang-ruang publik dari narkoba.

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam proses pembentukan kepribadian anak. Kepedulian, perhatian, dan kasih sayang orang tua dapat membentuk anak-anak yang sehat secara sosial, mental, fisik, dan berkelakuan baik. Hal-hal dasar yang dibangun sejak seseorang masih balita tersebut menjadi faktor utama yang menjadi penyeimbang antara kemungkinan seorang individu akan menjadi penyalahguna atau tidak.

Banyak orangtua yang menyangkal bahwa mereka salah dalam membesarkan anak. Tak sedikit yang menganggap sudah melakukan tugasnya dengan memenuhi segala kebutuhan anak, termasuk memberikan perhatian insentif. Tetapi yang terjadi pada kenyataan adalah orangtua tidak memberikan hal-hal dasar yang dibutuhkan anak dalam upaya bimbingan spiritualnya. Ini karena kebanyakan orangtua masih berkomunikasi satu arah. Seharusnya, dalam keluarga yang sehat terjalin komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Keduanya salah berbicara, berinteraksi, dan mendengarkan.

Proses mendengarkan itu cukup penting untuk membentuk perasaan acceptance. Setelah didengar, orangtua juga harus mampu mengajarkan agar anak mampu memecahkan masalah. Metode didikan mengayomi dalam memecahkan masalah ini harus sudah dilakukan sejak kecil.. Yakinkan mereka jika keluarga akan tetap ada dan mendukung karena rasa sayang, dan semua yang dilakukan demi kebaikan mereka. Pendampingan keluarga yang tak pernah putus juga dapat membantu pecandu narkoba untuk benar-benar berhenti menggunakan obat-obatan terlarang itu, dalam proses rehabilitasi, keluarga juga ikut mendapat terapi.

Berita terkait