Pentingnya pelayanan kesehatan mental di lingkungan penjara
OPINI
Oleh: Oka Putra Mita Pisstama
Kesehatan mental mencakup cara individu berpikir, merasakan, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Ini juga melibatkan pandangan individu terhadap diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan dalam mengevaluasi opsi solusi dan mengambil keputusan. Dalam lingkungan penjara, kesehatan mental merupakan masalah yang mendesak dan kompleks. Pembatasan kebebasan, kondisi penjara yang keras, serta kurangnya layanan kesehatan mental yang memadai menyebabkan peningkatan gangguan kesehatan mental di kalangan narapidana. Hal ini menjadi tantangan besar bagi sistem pemasyarakatan di Indonesia.
Gangguan psikologis yang tidak tertangani dengan baik menyebabkan berbagai fenomena di penjara, mulai dari gangguan emosi ringan hingga gangguan psikologis parah seperti kekerasan antar narapidana, konflik dengan petugas, hingga menyakiti diri sendiri dan upaya bunuh diri. Beberapa gangguan mental yang umum di penjara meliputi:
- Depresi
- Gangguan kecemasan
- Gangguan makan
- Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
- Gangguan pemusatan perhatian (ADHD)
- Gangguan penggunaan narkoba
Studi klinis menunjukkan bahwa 10 hingga 15 persen penghuni penjara mengalami gangguan kesehatan mental kronis, dengan salah satu kasusnya adalah bunuh diri. Kasus bunuh diri sering kali disebabkan oleh masalah utang piutang di luar atau di dalam penjara, depresi akibat kebingungan mengatasi masalah tersebut, serta rasa malu terhadap keluarga dan masyarakat.
Konteks Penjara dan Ketidakpastian Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan di penjara mencakup berbagai aspek yang memengaruhi penyediaan layanan kesehatan mental. Kepadatan populasi tahanan yang tinggi menciptakan suasana penuh tekanan dan stres, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mental dan menghambat perawatan yang efektif. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental di penjara juga menjadi hambatan serius dalam memberikan perawatan yang sesuai. Stigma dan diskriminasi terhadap gangguan kesehatan mental di kalangan tahanan sering membuat mereka enggan mencari bantuan atau mengungkapkan masalah mereka. Kurangnya pelatihan bagi petugas penjara dalam mengenali dan menangani tahanan dengan gangguan kesehatan mental menjadi masalah serius yang menghambat penyediaan perawatan yang tepat. Isolasi sosial yang dialami tahanan, serta kekerasan dan konflik yang mungkin terjadi, juga memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.
Tantangan dan Solusi
Lingkungan penjara yang keras, terbatasnya sumber daya, dan tingginya angka gangguan mental di kalangan narapidana menjadi hambatan utama dalam memberikan perawatan yang efektif. Salah satu solusi yang dapat diimplementasikan adalah pengembangan program kesehatan mental yang melibatkan tim profesional, seperti psikiater, psikolog, pekerja sosial, dan petugas keamanan. Kolaborasi erat antara layanan kesehatan mental di dalam penjara dengan layanan kesehatan mental di luar penjara juga diperlukan untuk memastikan kelangsungan perawatan dan rehabilitasi narapidana setelah mereka dibebaskan.
Program Kesehatan Mental yang Berhasil di Penjara: Sebuah Studi
Berdasarkan sebuah studi kasus dalam penelitian “Helping the Mentally Ill in Jails Adjust,” terdapat contoh tentang bagaimana pelayanan kesehatan mental telah dilakukan di penjara. Salah satunya adalah pendekatan Assertive Community Treatment (ACT). ACT adalah pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan Persons with Serious Mental Illness (PSMIs) ke dalam jaringan kesehatan mental dan memberikan layanan rehabilitasi setelah mereka dibebaskan dari penjara atau dijatuhi hukuman percobaan. Hasil awal dari proyek ini menunjukkan bahwa PSMIs dengan sejarah panjang penangkapan dan rawat inap di rumah sakit jiwa dapat sangat diuntungkan dari pendekatan ini. ACT tampaknya memiliki nilai dan perlu dievaluasi lebih lanjut untuk populasi yang sangat bermasalah ini.
Pelayanan kesehatan mental yang memadai di penjara bukan hanya penting untuk kesejahteraan individu narapidana, tetapi juga untuk keamanan dan kelancaran operasional institusi pemasyarakatan secara keseluruhan. Dengan perhatian yang tepat, kita dapat membantu narapidana menjalani rehabilitasi yang lebih baik dan mengurangi tingkat kekambuhan kejahatan. *