Bertemu Dalam Workshop
TOKOH agama memiliki tempat yang istimewa di masyarakat dengan akhlak dan bahasanya yang antun, lembut, dan bisa menyejukkan hati umatnya. Karena itu peran tokoh agama dalam era obalisasi elakangan ini menemukan momentumnya, sebagai pembentuk opini dalam menangkal siar ebencian yang ramai di media sosial dan media meanstrim lainnya.
Begitulah dasar pemikiran institut Mosintuwu dan Yayasan Fahmina, sehingga merasa perlu elaksanakan Pelatihan Manajemen Perdamaian bagi Tokoh-tokoh agama yang diikuti oleh sedikitnya 30 orang peserta dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Poso.
“Kita berharap para tokoh agama bisa bersinergi ke depan, untuk bersama-sama menangkal siar ebencian yang sedang merajalela saat ini”, kata Direktur Institut Mosintuwu, Lian Gogali. Terpisah, onald Mosiangi sebagai fasilitator pelatihan menegaskan, keberadaan tokoh agama saat ini penting mendapatkan perspektif baru dalam merespon tantangan zaman.
Jika tidak, bukan tidak mungkin para tokoh agama terjebak dalam penggiringan opini yang sengaja ditiupkan oleh kelompok tertentu dalam memenuhi kepentingan politiknya. “Kalau mau jujur, ujaran kebencian yang ada di medsos itu kan, sering-sering mengutip kitab suci dengan menampilkan tokoh agama tertentu, padahal, belum tentu yang bersangkutan terkonfirmasi dengan viral yang disebarkan. Makanya, dibutuhkan adanya perspektif baru dalam menghadapi tantangan di tengah pengaruh global yang sangat kuat, untuk menangkal hoax dan segala macam siar kebencian lainnya”,
jelas Ronald yang dikonfirmasi di tengah-tengah kesibukannya memfasilitasi kegiatan yang berlangsung di Aula pertemuan Institut Mosintuwu, kemarin siang, Rabu, 22 Maret 2017.
Diketahui, kegiatan yang menghadirkan beberapa orang nara sumber lokal dan nasional itu, akan berlangsung selama dua hari, dari tanggal 22-23 Maret 2017. DW