KOTA PALU,- DEWAN Kota meminta Pemkot arah kebijakan serta politik anggarannya pro rakyat. Mengingat, masih banyak bengkalai kota yang mesti mendapat sentuhan dengan anggaran yang langsung dirasakan publik. Apabila tidak pro rakyat, dan tidak mengurangi kemiskinan dengan sendirinya program akan dicoret.
Menurut keterangan yang dihimpun di Dewan kota bahwa ada sejumlah kegiatan yang tidak pro rakyat. ‘’Apa dampak atau outputnya untuk publik langsung membangun tugu titik Nol? Lebih baik langsung ke publik dan dirasakan. Misalnya, tempat penampungan sementara sampah di perbanyak di titik-titik keluarahan, kebersihan jalan, tong sampah di ruang ruang publik. Kota ini masih jorok kenapa bangun tugu kase habis anggaran. Setelah jadi tugu tidak dirawat. Seperti komisi C coret itu kegiatan,’’ ujar salah satu anggota dewan kota.
Ternyata benar. Komisi C Dekot mencoret pembangunan tugu titik Nol. “Usulan anggaran sebesar 3 miliar rupiah pembangunan tugu titik nol, sudah kami (komisi C) coret atas perintah Ketua,” kata Hamsir seperti yang dilansir sebuah harian lokal. Kata Hamsir, pembangunan tugu titik Nol tepat di Jalan Sudirman bukan kebutuhan masyarakat. Tapi kata Hamsir pembangunan tugu adalah keinginan Pemkot. ”Makanya usulan pembangunan tugu kemudian kami coret,” katanya.
Menurut Hamsir, banyak persoalan-persoalan yang harus dipikirkan Pemkot dibanding harus membangun tugu dengan anggaran yang besar. Apalagi sekarang ini anggaran Pemkot masih sangat terbatas. “Bukti bahwa anggaran masih terbatas adalah banyak usulan masyarakat dalam reses maupun Musrenbang yang tidak terakomodir,” tukas Hamsir.
Makanya anggaran yang ada, sebaiknya digunakan untuk program yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak. “Banyak program masyarakat miskin yang perlu kita tingkatkan. Coba cari datanya apa tingkat kemiskinan di Palu menurun atau tidak,” kata Hamsir.
Menurut Hamsir kalau masyarakat sudah sejahtera baru Pemkot boleh bangun apa saja. Informasi dari Komisi C Pemkot merencanakan membangun tugu titik Nol sebagai ikon Kota Palu. Untuk pembangunan titik nol maka Pemkot mengusulkan anggaran sebesar Rp3 miliar dalam APBD Kota Palu.
Masih dituturkan sumber, Visi Misi Pemkot pendekatannya melalui budaya. Hal itu sangat strategis dan tepat bila ingin mempercantik, memperindah, dan membersihkan lingkungan di kelurahan-kelurahan. ‘’Sebaiknya buatlah kegiatan bagaimana dengan pendekatan budaya, masyarakat dapat menyadari kebersihan, kenyamanan, ketaatan aturan dan lainnya. Bukan kegiatan yang sifatnya monumental. Itu bukan pendekatan budaya, tapi fisik. Kalau masyarakat peradaban lebih baik akibat pendekatan budaya berhasil, kami kira bangun apa saja pasti sukses,’’ terang anleg lainnya.
Dengan kesadaran kebersihan, kenyamanan dan ketaatan akan peraturan akibat pendekatan budaya tadi dipastikan kegiatan fisik apapun pasti akan sukses. ‘’Bangun drainase pasti dirawat publik. Bukan Cuma diisi sampah. Coba anda lihat. Tahun berapa dibangun drainase besar dalam kota, toh sekarang juga kalau hujan meluap air. Ya karena warga belum sadar pentingnya drainase. Bangun tugu pasti dijaga dan dirawat publik. Bangun apa saja. Pasti sukses. Tapi sekarang harus dibangun dulu mental yang berkebudayaan,’’ terang sumber serius.
Berbudaya dan beradat itu, lanjut sumber ukurannya bukan sebuah festival atau pagelaran. Tapi bagaimana visi itu menjadi membumi dan meretas dalam kegiatan-kegiatan dan program Pemkot. ‘’Kadang kita bingung juga arah Pemkot ini. Visinya membangun karakter, tapi wujud program dan kegiatannya kok tidak pro rakyat,’’ terang sumber serius. **
Sumber: Humas Dekot