DePSA Instrumen Tangkal Radikalisme

  • Whatsapp
reporter: yohanes clemens

MENYIKAPI
Maraknya
paham radikalisme di lingkungan kampus, Rektor Universitas Tadulako (Untad)
Prof Dr Ir Muhammad Basir memiliki strategi sendiri dengan membangun DePSA sebagai
instrumen menangkal hal itu.

Menurut rektor, salah satu instrument yang digunakan
adalah DePSA. Karena lembaga ini sifatnya untuk deradikalisasi, tentu sudah
pasti ada oknum yang tidak menyukai. Alasannya, diintervensi dalam urusan
kepemimpinan di kelembagaan mahasiswa. ‘’Tidak ada intervensi tapi upaya ini
adalah bersifat preventif. Kenapa? Sebab pengalaman menunjukkan bahwa masuknya
paham-paham radikal dan pembebasan, itu melalui pintu lembaga
kemahasiswaan,” jelas Prof Basir.

Sehingga, tambah Prof Basir, kalau pemimpin lembaganya
rentan dimasuki maka sangat berbahaya. Sebab tokoh mahasiswa inilah yang jadi
‘Duta besar dan berkuasa penuh’ dalam penyebaran paham radikal.  ‘’Kita
lihat ada yang melawan pemerintah, memaki orang tua, dan meminta kebebasan
sebebas-bebasnya untuk dan atas nama demokrasi,” tuturnya.

Padahal, menurut rektor, ‘’Kita juga tidak bodoh-bodoh
amat dalam membaca dinamika. 30 tahun saya geluti dunia jurnalistik, tahu
membaca setiap tanda, setiap gejala, setiap gerakan,’’ pungkasnya. Di sisi lain,
untuk menjaga gerakan ini tentu melalui peningkatan kapasitas security melalui
transfer knowlendge dari Polri via tim polisi sahabat kampus (Polsaka). Yang
tentunya tugas Polsaka bersama security menyisir semua sudut dalam kampus
setiap malam.

‘’Kita juga gunakan security, Polsaka untuk mengecek dan
memantau keadaan. Termasuk mencacatat berapa lampu yang menyala, berapa AC yg On,
pintu mana yg tidak dikunci, jendela mana yg terbuka. Dengan demikian, kontrol
berjalan socio academic dan security approach (Simultan) di Untad,” terang
Prof Basir.**

Berita terkait