Palu Ngataku, Dari Masa ke Masa

  • Whatsapp

LandScape Kota Palu 
Sumber:
wikipedia
PALU ADALAH Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.
Palu merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah, berbatasan
dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan Utara, Kabupaten
Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah
timur. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan,
sungai, pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 –
122,90 BT. Kota Palu dilewati oleh garis Khatulistiwa. Penduduk Kota Palu
berjumlah 342.754 jiwa (2012).
Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kejaraan yang terdiri
dari kesatuan empat kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo yang sekarang
bernama Kelurahan Kamonji, Panggovia yang sekarang bernama Kelurahan
Lere, dan Boyantongo yang sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka
membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah
memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan
kerajaan. Kerajaan Palulama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang
dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan
terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa
kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari
Manado pada tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi
bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka
pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili
terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia
digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi
menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.
SEJARAH
Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu’e yang
artinya Tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan, karena
terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) sehingga daerah yang tadinya
lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi
Kota Palu.

Istilah lain juga menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu
berasal dari bahasa kaili VOLO yang berarti bambu yang tumbuh dari daerah
Tawaeli sampai di daerah sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat
suku Kaili, ini dikarenakan ketergantungan masyarakat Kaili dalam penggunaan
bambu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka. baik itu dijadikan Bahan makanan
(Rebung), Bahan bangunan (Dinding, tikar, dll), Perlengkapan sehari hari,
permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove)
Teluk Palu di sekitar tahun 1900
Pada awal mulanya, Kota Palu merupakan pusat
pemerintahan Kerajaan Palu. Pada masa penjajahan Belanda, Kerajaan Palu
menjadi bagian dari wilayah kekuasaan (Onder Afdeling Palu) yang terdiri
dari tiga wilayah yaitu Landschap Palu yang mencakup distrik Palu
Timur, Palu Tengah, dan Palu Barat; Landschap Kulawi;
dan Landschap Sigi Dolo.
Pada tahun 1942, terjadi pengambilalihan kekuasaan dari
Pemerintahan Belanda kepada pihak Jepang. Pada masa Perang Dunia II ini, kota
Donggala yang kala itu merupakan ibukota Afdeling Donggala
dihancurkan oleh pasukan Sekutu maupun Jepang. Hal ini mengakibatkan pusat
pemerintahan dipindahkan ke kota Palu pada tahun 1950. Saat itu, kota Palu
berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat wedana dan
menjadi wilayah daerah Sulawesi Tengah yang berpusat di Kabupaten Poso sesuai
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950. Kota Palu kemudian mulai berkembang setelah
dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah Tahun 1957 yang menempatkan
Kota Palu sebagai Ibukota Keresidenan.
Terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1964, status Kota Palu sebagai ibukota ditingkatkan menjadi
Ibukota Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah. Kemudian pada tahun 1978,
Kota Palu ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978. Kini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1994 Kota Palu ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Palu.
Batas Wilayah
Secara geografis, Palu berbatasan dengan daerah sebagai berikut:
Sebelah Utara;    berbatasan dengan Kecamatan
Labuan (Kabupaten Donggala).
Sebelah Timur;   berbatasan dengan Kecamatan Parigi
Barat (Kabupaten Parigi Moutong)
Sebelah Selatan; berbatasan dengan Kec. Marawola dan Kec. Biromaru (Kabupaten Sigi)
Sebelah Barat;    berbatasan dengan Kecamatan Banawa
Selatan (Kabupaten Donggala)

TEMPAT WISATA
Danau Sibili, Pantoloan
Danau Sibili, Pantoloan,Tawaeli
Danau Sibili merupakan danau alam yang terletak di Kelurahan
Pantoloan Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. danau ini merupakan salah satu objek
wisata kebanggaan masyarakat tawaeli karena pemandangannya yang indah. Danau
yang terletak 24 km di utara Kota Palu ini awalnya merupakan danau yang
dijadikan tempat pemancingan ikan oleh masyarakat sekitar. Tetapi, karena
seringnya pengunjung yang datang dari luar Kecamatan Tawaeli untuk datang
berwisata akhirnya danau ini dijadikan salah satu objek wisata andalan di
kecamatan tersebut.
Danau Sibili yang indah telah menjadi tempat wisata bagi
masyarakat sekitar maupun dari luar kota Palu. Wisata yang menjadi andalan di
sini adalah wisata Mancing dgn berbagai jenis varietas ikan seperti mas, bawal,
mujair, gabus dll. Di pinggir danau, ada sarana yang dapat digunakan bagi Anda
yang ingin menikmati keindahan danau, seperti perahu tradisional.
Cagar Budaya Sou Raja

Banua Mbaso (Sou Raja)
Banua Mbaso atau Souraja adalah istana dari Kerajaan
Palu pada masa sebelum kemerdekaan. Kata Souraja dapat diartikan rumah
besar, merupakan rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta
keluarga-keluarganya. Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan meskipun bentuk
dan ukurannya sama dengan souraja.
Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah
tiang kayu balok persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan, atau
sejenisnya. Atapnya berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan belakang
atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada
ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut
bangko-bangko. Seluruh bahan bangunan mulai dari lantai, dinding balok-balok
terbagi atas tiga ruangan, yaitu:
Ruang depan disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi
untuk menerima tamu. Dahulu sebelum ada meja kursi, di ruangan ini dibentangkan
tikar atau onysa. Ruangan ini juga untuk tempat tidur tamu yang menginap.
Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut lonta tata ugana
diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang belakang,
berfungsi sebagai ruang makan, tetapi kadang-kadang ruang makan berada di lonta
tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur. Khusus untuk kamar
tidur perempuan atau anak-anak gadis biasanya ditempatkan di pojok belakang
lonta rarana, maksudnya agar mudah diawasi oleh orang tua. Untuk tamu perempuan
dan para kenalan dekat diterima di ruang makan.
Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan tambahan atau
ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan rumah induk
dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut hambate atau
bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan pekuntu yakni
ruangan terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di kolong dapur diberi
pagar sekeliling, sedangkan di bawah rumah induk dibiarkan terbuka dan
kadang-kadang menjadi ruang kerja untuk pertukangan, atau keperluan-keperluan
lainnya. Sedangkan loteng rumah dipergunakan untuk mentimpan benda-benda pusaka
dan lain-lain.
Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan arsitik
lebih-lebih bila dilihat dari hiasannya berupa kaligrafi huruf Arab tertampang
pada jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, di
bagian lonta-karavana, pinggira cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan
motif bunga-bungaan dan daun-daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan
kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya. 
Jembatan Gantung, Tatanga Palu Barat

 Jembatan Gantung, Tatanga

Jembatan Gantung Merupakan jembatan penghubung dua kelurahan di
Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Palu selatan yang terpisah oleh sungai Palu.
Jembatan ini adalah hasil dari kerjasama calon legislatif Pemilu 2004 dan
pemerintah Kota Palu yang bertujuan menghubungkan keluarga yang telah lama terpisah.
Masjid ‘Apung’ Argam Bab Al Rahman, Taman Ria

Masjid ‘Apung’ Argam Bab Al Rahman
Masjid ini memiliki luas 121 meter persegi dan mampu menampung
sebanyak 150 orang. Masjid ini berlantai satu dengan empat menara di ke empat
sudutnya. Masjid ini sering disebut masjid apung karena posisinya menjorok 30
meter ke laut yang seakan-akan mengapung. Panorama bentang pegunungan dan Teluk
Palu menambah keindahan bagi para jamaah maupun wisatawan yang ingin menikmati
wisata religi di Kota Palu.
Masjid Al Khairat, Palu Barat
Kawasan Wisata Religi Sis Al Jufrie dan Masjid Al Khairat, Palu Barat
Kawasan ini terletak di sepanjang Jalan Sis Aljufrie, Kelurahan
Boyaoge, Kecamatan Tatanga dan Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat. Dijalan
ini terdapat berbagai macam objek wisata belanja dan objek wisata Religi. Objek
wisata perbelanjaan yang ada disini aalah Pertokoan Palu Plaza. disini
masyarakat kota palu menjual berbagai macam kuliner, Pakaian dan oleh – oleh.
Objek wisata Religi dikawasan ini terletak didepan pertokoan Palu plaza, yaitu
Yayasan AL Khairaat Pusat yang merupakan Organisasi Islam Terbesar di Indonesia
Timur. Disana terdapat makam Idrus Bin Salim Al Jufrie (Sis Al Jufrie) Pendiri
AL Khairaat, Masjid AL Khairaat, Masjid Nurul Khairaat, Dan Masjid Nur Sa’adah,
dan Beberapa Sekolah berbasis islam.
Museum Sulawesi Tangah, Palu Barat

Museum Sulawesi Tangah, Palu Barat
Museum ini adalah museum terbesar di Sulawesi Tengah, terletak di
Palu Barat. Di museum ini terdapat berbagai macam replika baju adat dari semua
kabupaten dan kota yang ada di Sulawesi Tengah, sejarah mangenai Sulawesi
Tengah dan lain lain. yang menarik dari museum ini adalah batu megalith
berbentuk manusia yang dibuat oleh nenek moyang suku Kaili yang berasal dari
Lembah Napu yang bentuknya hampir mirip dengan batu megalith berbentuk manusia
di Pulau Paskah, Samudera Pasifik.
Pantai Taman Ria

Pantai Taman Ria, Palu Barat
Taman Ria merupakan objek wisata yang terletak di Kelurahan Lere,
Palu Barat. Taman Ria sangat terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya
yang indah. Apabila anda ke Taman Ria belum lengkap rasanya jika belum
mencicipi jagung bakar, pisang gepe, dan saraba yang dijual oleh pedagang
setempat.

No
Wali Kota
Mulai Jabatan
Akhir Jabatan
Masa
Wakil Wali Kota
CiutkanKet.
Wali Kota Administratif Palu
a
Kisman Abdullah
1978
1986
b
Sahbuddin Labadjo
1986
1994
Wali Kota Palu
1
Rully A. Lamadjido
1994
2000
1
(1994)
2
Baso Lamakarate
2000
2004
2
(2000)
Suardin Suebo
(2000–04)
3
Suardin Suebo
17 Mei 2004
12 Oktober 2005
4
12 Oktober 2005
12 Oktober 2010
3
(2005)
Suardin Suebo
(2005–08)
Andi Mulhanan
Tombolotutu
(2008–15)
12 Oktober 2010
12 Oktober 2015
4
(2010)
M. Hidayat Lamakarate
(Penjabat)
19 Oktober 2015
17 Februari 2016
5
17 Februari 2016
Petahana
5
(2016)

Berita terkait