Sumber: Humpro Sulteng
|
yang menjadi kebutuhan mereka. Suara anak merupakan kunci utama dalam sebuah
tahapan proses pembangunan. Hal ini menjadi salah satu wujud nyata partisipasi
anak pasca gempa dan tsunami serta likuifaksi yang melanda Sulawesi Tengah tiga
bulan silam yang mengharuskan perbaikan di sejumlah aspek pembangunan.
ditindaklanjuti pendapatnya karena memiliki pengalaman dan kebutuhan yang
berbeda,” ujar penggiat sosial, Vanda Lengkong, mewakili empat organisasi yang
terlibat dalam konsultasi anak, dalam peluncuran hasil Listening to Children di
Palu, Rabu (23/1/2019).
Partisipasi anak akan menjadi salah satu wujud nyata kegiatan pemulihan
pascabencana yang mengharuskan perbaikan di sejumlah aspek pembangunan.
“Suara anak penting didengar untuk bisa menggali apa yang menjadi
kebutuhan mereka,” kata Vanda.
Ia menyebut UNICEF, YPII, Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Yayasan Sayangi Tunas
Cilik (YSTC) melakukan konsultasi melibatkan Pemprov Sulteng bertajuk
“Dengarkan Suara Anak”.
Konsultasi itu melibatkan 244 anak yang terdiri atas 130 anak perempuan dan 114
laki-laki. Hal ini telah dilakukan sejak akhir bulan November 2018 di Kota
Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.
Konsultasi itu bertujuan mengidentifikasi dan memahami kebutuhan serta masalah
paling mendesak melalui perspektif anak, yang nantinya dapat menjadi
rekomendasi kepada pemerintah dan pelaku respon kemanusiaan untuk penanganan
pascabencana yang lebih sensitif terhadap kebutuhan anak.
“Anak penyintas bencana harus didengar dan ditindaklanjuti pendapatnya
karena memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda,” ujar Vanda
Lengkong.
Dalam konsultasi “Dengarkan Suara Anak” metode pengumpulan data yang
partisipatif dan ramah anak melalui diskusi kelompok terfokus (FGD),
semi-structured interview, diskusi kelompok mendalam, transect walk,
menggambar, dan bermain peran.
Melalui metode ini, anak-anak bisa dengan leluasa menyampaikan kebutuhan dan
pandangan mereka terhadap penanganan bencana gempa di Palu, Sigi dan
Donggala.
Hal ini sejalan dengan komitmen standar kemanusiaan inti dalam hal kualitas dan
akuntabilitas (Core Humanitarian Standard, komitmen dan komitmen).
Konsultasi bertajuk “Dengarkan Suara Anak” dirangkaikan dengan
Peluncuran Hasil Listening to Children (LIC) yang dibuka Sekda Sulteng Hidayat
Lamakarate.
fokus untuk mengurus pengungsi, huntara, logistik dan sebagainya,
ternyata ada hal lain yang kita lupakan yaitu bagaimana mendengarkan
suara anak – anak tentang apa yang mereka butuhkan”, tuturnya.
kami di tengah penyusunan rencana aksi untuk rehabilitasi dan rekonstruksi
sehingga bisa memastikan hak anak-anak terpenuhi dengan baik”, tambahnya.
pentingnya pelibatan anak-anak remaja dalam perencanaan dan kegiatan penanganan
bencana. Terkait dengan kegiatan penanganan bencana yang saat ini sedang
berlangsung di Pasigala, anak-anak berpendapat bahwa bantuan langsung tunai /
voucher bisa menjawab kebutuhan mereka dan penyintas lainnya. Di samping itu,
bagi anak- anak upaya dan mekanisme melawan berita simpang siur atau “hoax”
dalam konteks dalam penanganan bencana menjadi penting,”kami pemerintah sudah
mendengarkan langsung suara anak-anak, bahkan sudah berupaya memenuhi sebagian
dari permintaan mereka, misalnya sekolah darurat yang layak dan kebutuhan
makannya”,katanya.
(no name) asal Kota Palu yang ditemui mengatakan, melalui
konsultasi “Dengarkan Suara Anak”, anak-anak
rindu kembali ke rutinitas.
paling dirindukan oleh anak-anak sebagai indikasi rutinitas normal. Sekolah
adalah pusat kehidupan sosial anak-anak dan sebagai tempat di mana mereka
bertemu dengan teman-temannya. “Sekarang kami bisa berjumpa dengan teman-teman
di sekolah, hal ini sangat membantu kami”, sebutnya.**