Pengungsi Kaombona Mulai Terserang Penyakit

  • Whatsapp
banner 728x90
Reporter: Dedy

SEJUMLAH Pengungsi
yang menempati hutan kota
Kaombona
Kota Palu saat ini mulai terserang penyakit
. Belum ada perhatian khusus yang diberikan pemerintah menangani para pengungsi tersebut.

“Kalau pengungsi di hutan kota ini sebagian sudah mulai terserang
penyakit utamanya itu anak-anak, dan sudah ada yang berobat secara tradisiona
l, ada juga beberapa orang yang sudah dirawat di
rumah sakit,”
jelas
koordinator Posko pengungsian Hutan Kota Kaombona Palu, Zualmin, kepada media
ini
, Rabu (10/4/2019) .

Menurutnya, jumlah anak-anak yang ada dipengungsian hutan kota saat ini
sebanyak 36 jiwa, dan selama dipengungsian anak-anak ini mayoritas di diagnosis
penyakit flu, demam dan penyakit malaria. Mereka berharap agar pemerintah
memberikan perhatian lebih terhadap pengunsi yang ada di daerah itu.
“Hampir semua anak-anak ini sudah terserang penyakit kebanyakan
penyakit yang diderita itu flu, demam dan malaria. Apalagi, disini itu banyak lalat-lalat
besar yang beterbangan disekitaran tenda sehingga anak-anak itu gampang
terserang penyakit, belum lagi cuaca,” ungkapnya
.

Sementara itu, warga pengungsi juga mengaku sering mengalami krisis
air, tentu dengan kekurangan air tersebut pasti akan berpengaruh terhadap
kesehatan warga dipengungsian, kaitannya dengan kebersihan.

“Kalau disini itu kami tetap kekurangan air, soalnya kami hanya
memiliki satu tong tempat penampungan air khusus air minum Sahara, dan tidak
boleh dipakai mandi, dan air ini untuk delapan tenda, 36 kepala keluarga, dan
112 jiwa. Meskipun, kami juga diberikan oleh pihak taman hutan kota untuk
memakai air yang ada ditoilet taman, tetap saja mengalami kekurangan, kan yang
namanya air pam kadang normal kadang tidak,” ungkapnya
.

Warga korban bencana yang mengungsi di taman Hutan Kota Kaombona Palu,
merupakan warga dari Kelurahan Talise, 
Kecamatan Mantikulore,  Kota Palu.

Rata-rata rumahnya sudah tidak ada, dan mereka
bertahan ditempat pengungsian tersebut dari sekitar dua minggu setelah bencana.***

Berita terkait