Sekolah di Zona Merah

  • Whatsapp

Tetap Dibangun

Reporter: Yohanes Clemens


KEPALA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah
(Sulteng) Dr H Irwan Lahace MSi mengatakan akan membangun dan memperbaiki
kembali berbagai sarana dan prasarana pendidikan yang rusak karena bencana
alam.

Khusus sekolah-sekolah yang rusak total, sedang
dan ringan sudah mulai dibangun dan diperbaiki kembali. Terkait dengan
sekolah-sekolah yang ada di zona merah akan tetap dibangun kembali.

Namun menurutnya, sekolah yang dibangun di zona
merah akan diperkuat infrastrukturnya. Untuk speknya itu betul-betul sesuai
dengan yang di persyaratkan oleh Kementerian PUPR, dan kita tidak bisa
membangun sembarang itu.

“Kalau selama ini yang saya ikuti pengarahan
dari pada Pak Gubernur untuk kelaikan sosial kan sekolah ini masuk dalam
layanan sosial, kan dia tidak ditempati secara terus-menerus, itu akan dibangun
tetapi speknya itu betul-betul sesuai dengan yang dipersyaratan oleh
kementerian PUPR. Kita tidak bisa membangun sembarang itu dan tempat yang
berada di zona merah akan tetap dibangun tetapi speknya itu yang akan
diperkuat,” jelas Irwan Lahace, Senin (8/4/2019).

Irwan melanjutkan, sebab, seperti di Kabupaten
Sigi hampir semua lahan sekolah berada di zona merah.

“Kita belajar saja dari Jepang, kenapa Jepang bisa
bertahan walaupun diguncang terus gempa,” terangnya.

Dan untuk sekolah permanen belum bisa selesai
sampai di tahun ajaran baru, sebab dia sampai 2 tahun.
“Ini kan aturan, dan kita saat ini masih
belajar di sekolah-sekolah yang masih kelas darurat. Kita kemarin, terus terang
saja, saya tuh mendapat apresiasi dari pada Pak Menteri, karena di Sulawesi
Tengah ini untuk mengembalikan anak-anak sekolah termasuk cepat, dan gerakan
kita kemarin luar biasa,” tandasnya.

Bencana alam gempabumi dengan magnitudo 7,4 SR
yang disusul tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten
Sigi dan Parigi Moutong, menelan korban jiwa ribuan orang dan merusak banyak
sekali asset sektor pendidikan.

Tercatat sebanyak 1.000 ruang kelas dan 339 unit
bangunan sekolah tersebar di empat wilayah terdampak bencana di Sulteng itu
mengalami kerusakan berat.

Selain itu, ada sebanyak 50 orang guru meninggal
dunia dan 30 guru lainnya hilang serta sekitar 200.000 siswa terdampak bencana
alam itu.**

Berita terkait