Sosialisasi PATBM di Touna

  • Whatsapp

Reporter/Touna: yahya lahamu

DINAS Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi
Sulawesi Tengah (Sulteng) bekerjasama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten
Tojo Una-Una (Touna) mengadakan kegiatan sosialisasi pengembangan perlindungan
anak terpadu berbasis masyarakat (PATBM).
Kegiatan yang digelar di Marina
Contage Ampana dihadiri oleh Kepala DP3A Provinsi Sulteng Ihsan Basir, SH, LLM,
Kasie Perlindungan Khusus Anak Sulteng Mirna Lahido,SH, Kepala DP3AP2KB
Kabupaten Touna, Sutrisno Lasawedi, Sos, M.Si, para calon aktivis PATB Touna,
Fasilitas Daerah, Kepala Sekolah SDN 23 Ampana, Lurah Dondo, Camat Ampana Tete,
Perwakilan TP-PKK, Perwakilan Kapolres Touna dan puluhan para undangan lainnya.
Kepala DP3A Provinsi Sulteng Ihsan
Basir dalam sambutannya menyampaikan, bahwa perkembangan model gerakan PATBM di
Sulteng kedepannya ini akan memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat
untuk dapat mencegah secara dini terjadinya tindak kekerasan terhadap anak.
“Gerakan PATBM ini adalah
gerakan yang awalnya diinisiasi oleh masyarakat itu sendiri, jadi ini adalah
satu perlindungan anak secara terpadu yang mengikutsertakan organ didesa dan
kelurahan basisnya disitu,” jelasnya.
Dia mengatakan, seperti narkotika
dikalangan anak-anak sudah sangat besar, untuk Sulteng urutan ke-18 dari semua
provinsi se-Indonesia.
“Untuk kasus narkotika ini
memang sangat berbahaya bagi anak-anak, apalagi saat usai pasca bencana yang
dialami kota Palu beberapa waktu lalu ini sangat parah,” kata Ihsan Basir.
Menurutnya, saking tingginya
kegiatan ini ada beberapa teman-teman LSM yang bilang bahwa barang haram
tersebut seperti teksas diwilayah Amerika. Untuk Shabu-shabu yang masuk
ditempat kita itu adalah shabu-shabu abal-abal yang sangat merusak otak.
“Jadi kalau shabu-shabu yang
ukuran satu gram itu konon kabarnya seharga 1,5 juta di Jakarta maka disini
bisa didapatkan sekitar kurang lebih 50 ribu, bayangkan 50 ribu dengan 1,5 juta
kualitasnya seperti apa. Berbentuk shabu-shabu tapi oplosan jadi bukan cuman
minum saja yang oplosan melainkan shabu-shabu pun juga ada jadi bukan cuman
membuat ketagihan bahkan bisa membuat anak-anak bisa menjadi gila, ”
tuturnya.
Jadi, ungkap dia,  kasus
narkoba dan kekerasan terhadap anak terus meningkat makanya saya mengundang
dari teman-teman untuk melaksanakan kegiatan ini.
“Kasus kekerasan terhadap anak
ini juga pada tahun 2018 lalu sekitar 257 meskipun ini menurun. Kalau untuk
Kabupaten Touna urutan ke-5 untuk kasus kekerasan PATBM terhadap anak, yang
masih banyak itu adalah kota Palu, Buol dan sebagainya, ” ungkapnya.
Namun, dia berharap, hal ini patut
diwaspadai karena sebelum kita naik jadi kita cegah terlebih dahulu jadi
hal-hal seperti itulah yang bersama-sama kita perhatikan.Kenapa juga anak-anak
ini penting, karena dari jumlah anak 18 tahun kebawah kita kategorikan sebagai
anak secara hukum. Maka jumlahnya ada sepertiga dari total penduduk, jadi kalau
penduduk Kabupaten Touna ini 170 ribu maka sepertiganya adalah anak-anak.
“Jadi saya mengharapkan agar
kita lebih banyak melakukan diskusi terkait PATBM ini, karena ini masalah
serius di anak-anak. Untuk RPJM lima tahun mendatang sudah di dokumentasikan
bahwa kesetaraan gender adalah satu pilar utama, jadi ada lima pilar nanti,
untuk perlindungan anak itu ada di pilar pertama,” tukasnya.**

Berita terkait