ANAK Dari salah satu korban calon jemaah haji, Ita Purnamasari, mendatangi Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Sulawesi Tengah (Sulteng). Ita, mewakili ibunya, sebut saja Ibu Ijar datang bersama 2 temannya berunjuk rasa atas ketidak adilan yang dilakukan oleh Kementrian Agama (Kemenag) Kota Palu.
Ita, yang juga selaku Korlap, mengatakan ditengah sistem pendaftaran dan pelunasan haji regular yang dikabarkan menganut sistem transparansi dan berkeadilan, masih ada saja celah untuk melakukan praktik jual beli kuota Haji.
Kuota haji Indonesia, lanjut Ita, semakin langka, pasalnya Pemerintah Arab Saudi memotong kuota haji Indonesia sebesar 20 persen dari kuota normal. Akibatnya menyuburkan praktek jual beli kursi haji dilingkungan Kementrian Agama (Kemenag).
“Diduga telah terjadi pungli dan jual beli kuota haji seperti kasus 2018 silam. Saya sebagai anak korban calon jamaah haji yang gagal diberangkatkan haji. Padahal orang tua saya sebagai calon jemaah haji tersebut sudah memenuhi syarat untuk diberangkatkan. Ditambah lagi beliau dalam kondisi sehat dan pembayaranyapun sudah lunas namun sampai saat ini belum juga diberangkatkan,” ujarnya dalam orasinya, Jum’at (3/5/2019).
Yang anehnya, kata dia, ada calon jamaah haji belum cukup 5 tahun untuk syarat pemberangkatan haji telah diberangkatkan lebih awal. Jangan-jangan dibalik kasus ini telah terjadi pungli dan jual beli kuota haji dalam lingkungan kemenag. Kasus ini dijerat dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tegakan hukum dinegri ini seakan-akan hanya orang kaya yang bisa berangkat haji, karena dapat membayar lebih pemberangkatan haji terlengserkan. Oleh karena itu saya sebagai anak korban menuntut, agar stop jual beli kuota haji, stop pungli Jemaah haji, bubarkan kementrian Agama.
“Karena nama orang tua saya dilengserkan, sebab, ada pungli dari kakanwil ataupun kemenag sana yang menerima sogokan untuk orang yang belum pas pendaftaranya, supaya orang tua saya dilengserkan. Kemarin dibagian wilayah saya suda tau semua bahwa atas nama orang tua saya akan diberangkatkan.”
“Bahkan kita sudah melihat kemarin didepak bahwa nama orang tua saya itu juga ada, tapi pas kita lihat ada pungli itu tiba-tiba nama orang tua saya sudah tidak ada, cuman waktu itu belum sampai orang tua saya di Mesjid Agung. Jika sudah sampai gimana malunya orang tua saya, sudah seret-seret dengan koper, itu sangat malu sekali,” terangnya sambil kecewa saat diwawancara media ini.**
Reporter: Yohanes Clemens