Pengakuan Keluarga Korban Evakuasi Kerangka Jenazah di Petobo

  • Whatsapp
banner 728x90
Identifikasi Barang Bukti Kerangka Jenazah Korban Likuifaksi Petobo (Senin, 17/06/2019) 

Reporter: Firmansyah

PROSES Evakuasi
jasad korban likuefaksi di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu,
Sulawesi Tengah, Senin (17/6), berhasil ditemukan 10 orang.
“Total jenazah yang berhasil
dievakuasi korban likuefaksi Kelurahan Petobo hingga saat ini berjumlah sepuluh
orang, ” kata Lurah Petobo Alfin Tadjun.
Hari ini (kemarin-red), kata Lurah
Petobo, tim Damkar dan BPBD Palu kembali menemukan empat jenazah lainya di lokasi
yang sama.
“Hari ini kembali ditemukan empat
jenazah lainnya,” katanya.
Diungkapkannya, tim BPBD dan Damkar
dibantu warga berhasil melakukan evakuasi sebanyak enam kerangka mayat di
lokasi tersebut.
“Untuk saat ini proses evakuasi
pencarian korban lainnya dihentikan. Karena dalam penggaliannya telah mencapai
dasar tanah dari timbunan di lokasi eks likuefaksi tersebut. Selain itu juga
masih menunggu koordinasi dari BPBD,” ujarnya.
Sulaiman Mian (40 tahun) merupakan
kepala keluarga dari jasad korban likuefaksi Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu
Selatan, yang berhasil dievakuasi.
Proses evakuasi jenazah keluarga besar
Sulaiman Main berlangsung hingga Senin (17/6/2019). Sejak ditemukan warga yang
sedang menggali rongsokan, Minggu siang (16/6/2019), baru lima diantara yang
berhasil dievakuasi.
Setelah dilakukan upaya untuk
mengangkat seluruh jenazah dari tumpukan lumpur dan runtuhan material bangunan
di kedalaman sekira tiga meter, akhirnya Senin siang (17/6/2019), delapan
kerangka jenazah yang merupakan keluarga besar Sulaiman Main berhasil diangkat.
Diantara jenazah masih ada ciri-ciri
pakaian yang biasa dikenakan oleh korban sehingga keluarga korban bisa langsung
mengenali mereka. Bahkan, banyak tetangga korban yang langsung mengenali bahwa
8 jasad tersebut adalah keluarga besar Sulaiman Main, seorang karyawan di BRI
Cabang Palu.
Dari pengakuan Sulaiman Main di lokasi
penggalian jasad korban likuefaksi di lorong Dewi Sartika III Perumahan Bumi
Indah Permai, Kelurahan Petobo, dipastikan bahwa delapan jasad berupa
tulang-belulang merupakan keluarganya yang tinggal dalam satu rumah di
Kelurahan Petobo. Terdiri dari dua anak bayi kembar prianya usia sembilan
bulan. Ibu mertua, adik kandung ibu mertua, ibunya ibu mertua, dan tiga orang
iparnya. Satu sosok jenazah lain ia pastikan adalah adik iparnya. Yang saat
ditemukan masih mengenakan celana panjang dengan sebuah handphone.
Hal itu dibuktikan dari temuan handphone
yang berada di lokasi penggalian, rekaman CCTV serta keterangan saksi hidup yang
melihat kedelapan anggota keluarganya saat ditelan likuefaksi.
Menurut Sulaiman, setelah
diidentifikasi ciri-ciri delapan jasad dan handphone yang ditemukan di lokasi
evakuasi, ternyata milik keluarga besarnya.
“Setelah melihat handphone dan
ciri-ciri lainya seperti baju yang membungkus tulang belulang, mereka merupakan
keluarga saya yang tinggal dalam satu rumah. Selain itu juga kartu sim yang ada
di handphone itu, nomor kontaknya berisikan nomor keluarga saya semua, ”
ujarnya.
Selain itu, berdasarkan CCTV
yang berhasil diambilnya dari sisa puing bangunan rumahnya, memperlihatkan pada
saat gempa terjadi, semua keluarganya berlarian ke luar pagar rumah.
“Saya melihat dari rekaman akhir CCTV
yang ada di rumah, dua anak kembar saya dan keluarga berlarian ke luar pagar
rumah. Anak saya dalam gendongan mereka, ” katanya.
Keyakinannya tersebut juga berdasarkan
dari pengakuan tetangganya yang berhasil selamat pada saat likuefaksi terjadi.
Diungkapkannya, saat gempa bumi, tetangganya tersebut melihat keluarganya telah
berada di luar rumah.
“Menurut tetangga saya yang
selamat saat likuefaksi, dua anak kembar saya dan keluarga telah berada di
persimpangan Jalan Tabaro, namun setelah itu lumpur menenggelamkan
mereka,” katanya.
Diceritakan Sulaiman, pada saat
gempabumi, ia masih berada di kantor Bank BRI Jalan Mohamad Yamin Palu.
“Setelah gempabumi, sekitar pukul
18.30, saya bergegas menuju ke rumah saya di Kelurahan Petobo. Saya juga belum
tahu jika di wilayah kediaman saya telah terjadi likuefaksi, ” ujarnya.
Setelah tiba di seputaran Kelurahan
Petobo, ia dihentikan oleh warga dan aparat kepolisian. Mereka mengatakan bahwa
wilayah tersebut telah dipenuhi lumpur.
Usai memarkir kendaraannya, ia
kemudian bersama warga lainnya mencoba memasuki lokasi likuefaksi, untuk
mencari keberadaan keluarganya. Namun karena banyaknya lumpur yang labil,
ditambah keadaan gelap, dia tidak berhasil mencapai rumahnya.
“Saya tidak bisa berbuat apa-apa
lagi, setelah berusaha mencari jalan masuk ke lokasi rumah, tapi tidak bisa
karena banyak lumpur dan keadaan gelap gulita,” katanya.
Setelah mengetahui jasad keluarganya
berhasil ditemukan, meskipun hanya tersisa tulang-belulang, namun Sulaiman Mian
sedikitinya bisa melihat mereka. Saat ini yang tersisa dari keluarganya hanya
dia dan mertua laki-lakinya.
“Saat ini hanya saya dan mertua
laki-laki yang masih hidup. Karena saat kejadian, mertua saya berada di Jono
Oge, Kabupaten Sigi. Saat ini juga dia sedang menuju kemari dari Parigi,
Kabupaten Parimo. Jenazah mereka telah dikuburkan kemarin di Petobo atas,”
katanya.
Di tempat yang sama, Kabid Kedaruratan
BPBD Palu, Bambang Sabarsyah, menjelaskan bahwa pada hari Minggu (16/6), ada
laporan warga yang melakukan penggalian barang bekas di lokasi likuefaksi
Kelurahan Petobo. Tepatnya seputaran Kompleks Perumahan Bumi Indah Permai,
bahwa mereka menemukan jasad manusia.
Menyikapi laporan tersebut, bersama
Damkar mereka melakukan penggalian dan menemukan delapan jenazah di lokasi
tersebut.
“Delapan jenazah berupa
tulang-belulang manusia yang berhasil kami angkat, merupakan satu keluarga.
Setelah ditemukan handphone dan nomornya berisikan daftar nama-nama keluarga
korban. Salah satunya adalah Sulaiman Mian, kelurga korban yang bekerja pada
Bank BRI cabang Palu, mengakui bahwa memang kelurganya yang tinggal satu rumah,
” ujarnya.**

Berita terkait