Suply air bersih yang ada di Hunian Sementara (Huntara) sudah menjadi polemik bagi warga penyintas bencana alam. Menyikapi hal itu, Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulteng (BPPW) membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC).
Kepala Balai Ferdi Kana Lo kepada sejumlah wartawan, Senin (12/8/2019) usai pelaksanaan kurban di kantornya mengatakan, bahwa tim reaksi cepat tersebut ditugaskan khusus menangi 27 titik Huntara yang di bangun PUPR di Kabupaten Donggala, Sigi dan kota Palu.
Hal itu kata Ferdi Kana Lo bertujuan untuk menyikapi ketersedian air, septic tank, sampah dan sanitasi yang ada di Huntara yang dibangun PUPR. Sebelumnya, penanganan suply air sudah dilakukan pihaknya, Namun masih bersifat parsial. Olehnya, pihaknya membentuk tim reaksi cepat.
“Guna menyikapi hal tersebut, Tim reaksi cepat akan melakukan koordinasi dengan koordinator Huntara, ” ungkapnya.
Disamping itu, nomor kontak semua koordinator Huntara telah tercatat oleh pihak BSPPW Sulteng. Dengan begitu, kami berharap agar koordinator Huntara menghubungi kami. Atau sebaliknya kami akan menelfon mereka terkait ketersedian air bersih, septic tank yg penuh dan sampah. Jika memang tidak terhubung, dalam waktu dua hingga tiga hari, kami akan langsung melakukan pengecekan lapangan. Namun kami berharap mereka dapat menghubungi kami, ” jelasnya.
Selain prioritas air minum, Tim rekasi cepat juga melakukan penanganan sanitasi, septic tank dan sampah yang ada di Hunian Sementara. “Namun permasalahan yang sangat mendasar terjadi di Huntara adalah ketersedian air. Silahkan hubungi kami jika terjadi permasalahan di Huntara”, paparnya.
Dijelaskannya, tim reaksi cepat dalam menyuplai air ke Huntara apabila dengan 6 unit mobil MTA yg dikelola TRS tidak mampu mengatasi suplay maka TRC akan melakukan koordinasi dengan PDAM. Karena pihaknya memiliki 6 unit Mobil Tanki Air telah dipinjamkan ke PDAM. Tersebar masing-masing 2 MTA di PDAM kota palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.
“Dalam menyuplai air selama ini, kami terkendala karena sumber air curah PDAM tutup jam 5 sore. Oleh karena itu, kami di kantor Balai telah menyetok air sebanyak 44 M3 dalam 4 buah tandon besar. Dipasok dari sumur bor yang ada disini. Sehingga MTA bisa melayani Huntar hingga malam harinya. Bila ada permintaan air minum bersifat darurat”, akunya.
Diakuinya, waktu pelaksanaan suply PDAM hanya pada jam kerja pegawai saja. “Hari kerja tidak termasuk hari minggu. Hari kerjapun paling lama pukul 5 sore PDAM sudah tutup air curahnya. Olehnya jika ada permintaan suply air ke Huntara pada waktu tersebut, kami tidak bisa melayaninya, ” sebutnya.
“Kami melakukan kerjasama dengan pihak PDAM, dengan menitipkan bebeberapa unit mobil tanki air PUPR kepada mereka. Ada sekitar enam unit mobil tanki yang ada di PDAM Donggala dan Palu beroperasi diluar kendali kami. Jika mereka tidak bisa membantu, mobil tersebut akan ditarik sementara untuk mendukung TRC” tegasnya.
Ditambahkannya, progres pembayaran pengerjaan Huntara di Sulteng, telah dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap pertama sebanyak Rp 50 milyar, Kemudian Rp 50 milyar, Ketiga Rp 24 milyar dan terakhir Rp 50 milyar.
“untuk tahap keempat Rp.50 milyar yang telah dibayarkan sebelum Idul Adha, khusus diperuntukan bagi rekanan lokal selain BUMN” katanya. ***
Reporter: Firmansyah Lawawi