Waspadai, Jelang Dana Stimulan Rp1,9 T Cair Bahan Bangunan & Tukang Naik

  • Whatsapp

SELASA, 8 Oktober 2019 lalu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyalurkan dana hibah sebesar Rp 1,9 triliun untuk korban gempa Sulawesi Tengah (Sulteng).

Asal tahu saja, satu tahun yang lalu wilayah Sulteng terkena bencana alam gempa. Hingga saat ini status Sulteng masih dalam tahap rekonstruksi.

“Bantuan hibah daerah dari Kementerian Keuangan senilai Rp 1,9 triliun,” ujar Kepala BNPB Doni Monardo di kompleks istana kepresidenan usai bertemu Presiden Joko Widodo.

Sekaitan dengan itu, kini perlu diwaspadai melambungnya harga harga bahan bangunan dan ongkos tukang batu dan kayu. Seperti yg dilansir koran indigo Parigi (9/10). Asniwati, pemilik Toko Rezki Bangunan, salahsatu pihak penyedia (toko) hajatan tersebut mengakui sengaja menaikan harga bahan bangunan miliknya karena pembelian dilakukan tidak secara tunai, serta adanya biaya tambahan untuk buruh bongkar muat.

“Memang kita naikan dari harga umum, karena kan pembelian bahan oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) pelaksanaan bantuan stimulan perbaikan rumah korban bencana itu dilakukan bukan dengan pembayaran tunai. Kami kan harus memakai modal sendiri sembari menunggu proses pencairan dana di Pokmas”, kata Asniwati atau biasa disapa Ibu Ningo.

“Selain karena pembayaran tidak tunai, untuk melayani permintaan sebanyak itu kan, kami selaku penyedia atau toko harus memakai buruh bongkar-muat. Nah kami kan harus membayar buruh-buruh itu”, katanya.

“Saya bukan melayani semua jumlah Pokmas penerima bantuan gempa yang ada di Parigi ini. Selain saya ada penyedia atau toko lain juga. Sejauh ini toko saya melayani sekitar 70-an penerima bantuan”, jelasnya.

Sebelumnya, beredar kabar soal dugaan gelembung harga (mark up) pada proses penyaluran pelaksanaan bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa di Parimo.

Berdasar penelusuran, ada perbedaan harga bahan bangunan cukup mencolok pada pelaksanaan bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa itu. Bahkan, menurut Pokmas, ada beda harga sebesar Rp100-300 ribu per item bahan bangunan kebutuhan bagi rumah dengan kategori rusak berat akibat gempa di Parimo.

Kata Pokmas, satu bangunan rumah rusak berat, memerlukan 47 item bahan bangunan dibiayai dana stimulan tersebut.

“Ada beda harga cukup mencolok antara toko penyedia dengan toko lainnya. Toko penyedia itu menggunakan harga yang telah dinaikkan. Ada beda sekitar Rp100-300 ribu per item bahan. Bayangkan kalau dikalikan 47 lalu dikalikan lagi dengan 427 rumah. Itu bukan nilai yang kecil”, kata beberapa warga penerima bantuan tersebut.

Parmout penyaluran pelaksanaan bantuan stimulan ini, menerima gelontoran uang bantuan bagi 427 rumah dengan kategori rusak berat senilai Rp21,3 miliar.

Sementara itu Tri Nugraha, Kepala Bidang (Kabid) BPBD Parimo, selaku instansi penggelar laksana bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa di Parimo, menyatakan belum dapat melontar banyak kata, karena masih melakukan koordinasi terkait pelaksanaan bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa yang ia bidangi.

“Saya masih di Jakarta (BNPB), nanti hari Jumat saya baru berada di Parimo. Nanti kami jelaskan detail terkait seperti apa pelaksanaan bantuan stimulan perbaikan rumah korban gempa itu”, katanya, via telepon genggam.

PALU KURANG TUKANG

Sementara dilaporkan Maura Simbolon, dari Palu menyebut saat ini Pokmas kesulitan mencari tukang batu dan kayu. Salah satu rekanan Pokmas, Michael mengaku mengambil tukang dari Sulbar. Konsekwensinya naik harga ongkos tukang. ‘’Dua bulan lalu banyak tukang tanya kerjaan. Sekarang biar ditelpon sudah kerja dengan Pokmas semua,’’ akunya. Ia pun mengaku walau naik ongkos tukang tetapi ia tidak berani menurunkan spesifikasi.

Hal senada dilaporkan Dian, reporter kailipost.com, bahwa harga bahan bangunan di Palu mulai naik. Harga semen, batu bata dan pasir naik harga karena tingginya permintaan. **

Reportase/editor: andono wibisono

Berita terkait