Mompalit Rano Jangan Hilang !

  • Whatsapp
banner 728x90

Donggala, -Mompalit Rano dalam bahasa balaesang berarti mengelilingi Danau hal ini menjadi tradisi yang turun temurun dilakukan oleh Masyarakat Desa Rano, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala. Ritual ini dilakukan setiap tahun dengan tujuan memohon kepada maha pencipta agar selalu diberikan rezeki berupa hasil pertanian yang baik dan sebagainya selain itu juga hal ini sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diperolah.

Festival Rano Balaesang bertajuk Hutan Hijau, Danau Lestari, Rakyat Sejahtera juga melakukan ritual mompalit Rano sebagai bentuk interaksi manusia dengan lingkungannya. Pertambangan bukan hanya menghancurkan ekologi tetapi juga berpotensi menghilangkan mompalit rano

Festival ini adalah upaya yang dilakukan Walhi dan Masyarakat Rano untuk memulihkan situasi pasca gempa 2018 yang lalu. Penting untuk dilihat bahwa masyarakat di rano punya sumber daya yang berlimpah tetapi saat ini mengalami ancaman karena adanya industri ekstraktif disini. Ungkap Aris Direktur Eksekutif Daerah Walhi Sulteng belum lama ini Saat Konferensi Pers di Desa Rano, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala.

“Sejak 2013 kami melakukan pendampingan melawan eksploitasi pertambangan disini, “Tambahnya.

Lanjut Aris, ada upaya perlawanan dari warga karena mereka mengkhawatirkan kehancuran ekologi.

“Festival Rano Balaesang bertujuan untuk mengkampanyekan dan memastikan wilayah ini terlindungi dari eksploitasi sumber daya alam, “ Jelasnya.

Samin Kepala Desa Rano membenarkan bahwa festival yang dilaksanakan bertujuan menjaga lingkungan

“ Festival ini di buat supaya hutan tetap terjaga karena lingkungan adalah bagian hidup kita begitupun sebaliknya,” Katanya.

Sehingga menurutnya sumber daya alam terjaga dengan bertumpuh pada pengelolan berdasarkan kearifan lokal.

Senada dengan itu, Nur Hidayati Direktur Eksekutif Nasional Walhi mengatkan bahwa prespektif pemerintah yang mengatakan bahwa perkembangan ekonomi bisa dilakukan dengan cara yang eksploitatif sangat keliru.

“mengeruk sumber daya alam tidak selaras dengan kondisi lingkungan kita yang rentan terhadap bencana, “ ungkapnya.

Karena menurutnya juga ada satu perusahaan yang wilayah konsesinya masuk Desa Rano. ***

Repoter: Arman Seli

Berita terkait