Ditulis oleh Yohanes Clemens
Palu,- Dua jam menjadi petugas medis Covid-19 atau virus Corona bukanlah hal yang mudah. Tantangan yang sangat luar biasa, bahkan dibilang ekstrim.
Mengapa demikian, yang dihadapi bukan hanya pasien yang terpapar virus Corona, namun gerahnya memakai Alat Pelindung Diri (APD).
Saya mencoba untuk mencari tahu, seperti apa menggunakan APD, dampak yang terjadi pada diri kita dan ingin rasanya bertatapan langsung dengan pasien Virus Corona. Sehingga, saya termotivasi untuk dapat melakukan hal ini.
Alhasil, saat mengkonfirmasi kepada Direktur salah satu Rumah Sakit (RS) penanganan pasien Covid-19, Ia menerima tantangan itu. Bahkan ia mengizinkan saya untuk bertemu langsung dengan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Pasien Positif.
Bukan hal yang muda saat mengunakan APD. Dimana pemakaian APD sebanyak 2 lapis, sarung tangan 3 lapis, masker 3 lapis, bahkan di lakban hingga udara tak ada yang masuk. Memang rasanya seakan gerah. Namun, ini barulangkah awal.
Saat semuanya selesai memakai APD, barulah kita masuk keruangan zona kuning, hingga merah. Belum sampai setengah jam, cucuran keringat mulai terasa, letih, lelah rasa panas mulai menyelimuti tubuh. Sebab, kita tak bisa untuk berbuat apa-apa.
Tak lama, pengelihatan mata seakan mulai kabur, nampak melihat sesuatu seakan mulai terasa buram. Lalu, bagaimana dengan para medis yang kadang sampai 5- 6 jam memakai APD, bagaimana para medis saat melakukan infus pasien, dapatkah mereka melihatnya?.
Wah, ini bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan oleh sebagain orang, nyawa adalah taruhan. Bukan hanya soal melawan virus, namun soal melawan kekuatan fisik saat memakai APD. Makanya tak heran jika ada perawat yang harus jatuh sakit, ada yang drop, bahkan ada yang harus kehilangan nyawa.
Sebab, tugas ini bukanlah suatu tugas yang ringan, namun, tugas ini adalah tugas yang paling berat. Jika melakukan peperangan musuh dapat kita lihat, namun melawan virus, hanya kekuatan, doa dan semangat yang mampu. Semangat untuk para petugas medis Covid-19, tetap kuat, demi kemanusiaan. ***
Reporter: Yohanes Clemens