Palu,- Pandemi Covid-19 telah membuat Indonesia mengalami resesi yang berimbas lumpuhnya sektor perekonomian hampir di segala sisi. Namun, selama 8 (delapan) bulan Covid-19 masuk di Sulawesi Tengah (Sulteng), perkembangan saham investor dinilai cukup baik naik. Hal ini dikarenakan jumlah investor di Sulteng yang mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor di bulan Oktober yang berada di Sulteng mencapai 4.343 investor. Jumlah ini dihitung per Kartu Penduduk.
Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Sulteng, Dendy Faizal Amin, mengatakan bahwa pasar modal yang dinaungi oleh BEI berfungsi menciptakan perdagangan di pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien.
“Kita disini ibarat seperti Otoritas Jasa Keuangan, kalau OJK mengawasi perbankan, modal, asuransi, dana pensiun dan sebagainya. Nah, kalau pasar modal istilahnya OJKnya BEI sebab kita yang mengawasi, mengeluarkan peraturan, dan melayani investor,” ujar Dendi Faizal, Kamis (19/11/2020) saat ditemui dikantor BEI Sulteng.
Ia menjelaskan bahwa di awal pandemi, BEI juga mendapatkan imbasnya dalam pertumbuhan investor khusus Sulteng tepatnya di bulan Februari, Maret dan April.
“Awal pandemi mengalami penurunan investor sebab kita juga melakukan kebijakan untuk Work From Home (WFH), namun disisi lain kita melihat transaksi meningkat sebesar 110 miliar perbulan,” lanjutnya.
Saat ini BEI Sulteng memiliki dua mitra sekuritas, yaitu Philip sekuritas Indonesia dan Valbury sekuritas. Dua perusahaan ini memiliki fasilitas penyedia bagi masyarakat yang mau membuka saham. Di Indonesia sendiri jumlah mitra BEI sekitar 105 perusahaan mitra.
Meski demikian, Dendy Faizal mengatakan masih banyak masyarakat yang belum memahami seputaran di dunia saham ini.
“Kalau kita di luar tanyakan random contoh tukang parkir, mereka pasti tahu apa itu bank, pegadaian, asuransi dsb. Namun jika kita tanya pasar modal pasti mereka belum tentu tahu itu sebabnya tingkat literasi kita masih minim sekali,” sebutnya.
Menurutnya jumlah presentase investor di Sulawesi Tengah sangat kecil belum ada 0.5% meskipun tahun ke tahun transaksi pasar modal di Sulawesi Tengah mengalami kenaikan.
Dalam strategi sosialisasi pasar modal BEI Sulteng membuat Sekolah Pasar modal juga bekerja sama dengan beberapa kampus, seperti Universitas Tadulako, IAIN Palu, STIE Panca Bakti, Universitas Alhkairat, dan Kampus di Poso. Tujuannya agar mengenalkan edukasi modal saham kepada mahasiswa maupun masyarakat.
“Kalau untuk sekolah pasar modal itu kita rutin melakukan kegiatan ini, satu bulan empat kali tujuannya agar masyarakat yang belum tahu punya wadah untuk modal, nah uang yang ditabung di pasar modal nantinya akan kita belikan saham untuk investasi jangka panjang,” akunya.
Ia berharap kedepannya masyarakat agar lebih waspada terhadap orang yang menawarkan investasi atau saham dengan iming-iming keuntungan tertentu.
“Sebenarnya yang seperti itu dampaknya juga ke BEI, sebab masyarakat sudah takut duluan, untuk itu kalau masyarakat ingin tahu tentang investasi silahkan datang ke kantor kami atau follow Instagram idx_sulteng atau bisa juga ke OJK Sulteng,” tutupnya.***
Reporter: Zhein Fatur Ramadhan