Pengamat : Elite Mestinya Malu dengan Rakyat, Stop Tunda Pemilu

  • Whatsapp
banner 728x90

SULTENG,- Apa pelajaran berharga hingga Rusia menyerang Ukraina? Pesannya sederhana. Jangan ada satu negara yang run atau kelompok tertentu saja di dunia ini mengatur bumi

Di sisi lain, dunia sudah tidak ada balance. Seolah ada kekuatan pengatur bumi atas negara – negara tertentu (police word). Rusia ingin menjadi penyeimbang atas dominasi Amerika dan sekutunya.

Lantas apa hubungannya dengan wacana penundaan Pemilu 2024 di Indonesia? ‘’Pesannya sama. Elite jangan hanya memikirkan kelompoknya saja. Waspada, jangan nanti ada penolakan publik dan ada gejolak. Jangan main – main dengan konstitusi,’’ ujar pengamat sosial politik Indonesia Wilayah Timur, DR Slamet Riadi Cante ke kailipost.com pagi ini (07/03/2022) di Palu.

Diskursus tentang penundaan Pemilu yang digagas beberapa parpol sebaiknya diakhiri dan para elite fokus terhadap agenda-agenda bangsa yang lebih mendesak seperti kelangkaan minyak goreng, kedelai, dan harga kebutuhan pokok lainnya.

Sebab hasil survey dari LSI menunjukkan 70 persen masyarakat menolak Pemilu ditunda dan 60 persen pemilih Presiden Jokowi juga tidak menghendaki Pemilu ditunda.

Demikian juga halnya dengan Parpol penggagas, mayoritas pemilihnya tidak menginginkan Pemilu ditunda. ‘’Mestinya ada sence of belonging elite parpol itu. Paham nga dengan problematik masyarakat saat ini. Kok sepertinya elite dan rakyat tidak ketemu,’’ tegas dosen ilmu sosial dan politik Universitas Tadulako itu.

Menyimak survey itu amat sangat jelas bahwa pemilih parpol dimaksud tidak setuju ide elite parpolnya. ‘’Kan benar – benar sangat memalukan. Stop wacana tunda Pemilu. Justru menjelang ramadhan konsentrasi soal kelangkaan kebutuhan pokok rakyat,’’ tandas Slamet. ***

jurnalis utama kailipost.com : andono wibisono

Berita terkait